Laman

Selasa, 17 November 2015

Chemistry Kehidupan

Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu Pertemuan ke-8
Pengampu: Prof. Dr. Marsigit, M.A
PPs UNY Pendidikan Matematika kelas A
Selasa, 10 November 2015 Pukul 11.10-12.50 WIB
di lantai tertinggi Gedung Lama PPs UNY ruang R.305b


Semua yang ada dan yang mungkin kalau kita mau memikirkannya, maka kita akan memikirkan sifat, hubungan, dan struktur antara sifat-sifatnya. Padahal yang ada dan yang mungkin ada mempunyai bermilyar-milyar sifat pangkat semilyar pun aku belum selesai menyebutkannya dan takkan mampu. Jikalau aku mampu menyebutkan maka aku takkan bisa kembali. Dengan keterbatasan manusia tersebut, maka manusia hanya mampu memikirkan sebagian saja dari yang ada dan yang mungkin ada. Hal ini karena manusia dibekali  Tuhan dengan metode berpikir reduksi. Dalam filsafat disebut reduksionisme karena memang manusia sifatnya sebagai seorang reduksifis. Hidup itu pilihan, kita lahir tidak bisa memilih tetapi dipilihkan oleh Tuhan. Setelah kita lahir dan diberikan otonom maka kita bisa memilih batas-batas ruang dan waktu yang mungkin bagi kita. Maka kita akan milih sifat-sifat yang kita pikirkan tergantung dengan apa yang ingin kita bangun dalam hidup ini. 
Sifat-sifat dari yang satu dengan yang lain saling ber-antitesis.Sifat yang satu bersifat tetap, dan sifat yang lain bersifat berubah. Tetap saja saya sebagai manusia, kecil manusia, besar manusia, dewasa manusia, tua pun manusia. Jika jadi fosil pun maka jadi fosil manusia. Sedangkan yang berubah sudah jelas karena dari waktu ke waktu selalu berubah. Tokoh dari “tetap” adalah Permenides, dalam filsafat dikenal dengan Permenidesianisme. Sementara itu tokoh dari “berubah” adalah Heraclitos, dalam filsafat dikenal dengan Heraclitosianisme. Habibat bagi yang tetap adalah di dalam pikiran, sedangkan habitat bagi yang berubah adalah di luar pikiran. Sesuatu yang ada dalam pikiran bersifat absolu atau ideal. Kemudian di filsafat dikenal dengan absolutisme atau idealisme, dengan tokohnya adalah Plato (filsafatnya disebut Platonisme). Sementara itu sesuatu yang ada di luar pikiran kita bersifat real (nyata), dalam filsafat dikenal dengan realisme. Tokoh dari realisme adalah Aristoteles. Sesuatu yang bersifat tetap atau disebut bersifat identitas yaitu  I = I. Sementara itu sesuatu yang bersifat berubah disebut bersifat kontradiksi yaitu I  I (I pertama tidak sama dengan I kedua karena peduli ruang dan waktu).
Dunia persepsi yaitu dengan dunia bantuan pancaindera, dapat dilihat, diraba, dll. Maka kebenarannya disebut cocok atau korespondensi, maka muncu filsafat korespondensisianisme. Sementara itu antitesisnya adalah konsisten. Pikiran menjadi ilmu jika mampu konsisten. Dalam dunia ini terdapat sifat yang konkret, antitesisnya adalah abstrak. Dunia di bawah yaitu sintetik, sedangkan di atas adalah analitik. Benda-benda dalam sintetik terdapat 3 perkara, yaitu benda yang satu dengan yang lain saling terhubung, berlaku hukum sebab-akibat, dan dapat dipersepsi. Terkait dengan Analitik maka chemistry nya adalah apriori. Karena cukup logis dalam pikiran, maka pikiranku dapat meneruskan logika dari ide sebelumnya menuju ke ide berikutnya. Maka itu lah yang disebut apriori. Contoh: dokter memeriksa pasien melalui telephon. Dokter tidak perlu melihat pasien namun bisa memberikan resep. Itu artinya dia menggunakan prinsip ‘analitik apriori’. Sedangkan untuk sintetik berchemistry dengan aposteriori. Jika aposteriori harus dengan melihat dahulu.

Analitik apriori dihasilkan dari cara berpikir dengan rasio. Dalam filsafat disebut dengan rasionalisme. Tokoh dalam aliran ini adalah Rene Descartes . Sementara itu Sintetik apriori merupakan hasil dari empiris. Maka dalam filsafat lahir aliran empirisisme. Tokoh dalam aliran ini adalah David Hume. Rasionalisme dan empirisme ini pada abad akhir 15, selama 1 abad saling bersaing, menyalahkan, dan mengunggulkan. Terjadi bertempuran ide yang hebat antara Rene Descartes dann David Hume. Rene Descartes mengatakan bahwa “tiadalah ilmu kalau tidak berdasarkan rasio”. Sementara itu David Hume menjawab “tiadalah ilmu kalau tidak dibangun di atas pengalaman”. Dari perdebatan yang tak berujung tersebut, kemudian muncul juru damai yaitu Immanuel Kant pada tahun 1671. Immanuel Kant berkata kepada kaum rasionalisme dan empirisme “Wahai kaum rasionalisme, ketahuilah engkau benar namun ada salahnya. Wahai kaum empirisme, ketahuilah engkau pun benar namun ada salahnya. Wahai Rene Descartes, engkau terlalu sombong mendewa-dewakan rasio tetapi mengabaikan pengalaman. Sedangkan engkau David Hume, engkau pun sombong mendewa-dewakan pengalaman tetapi mengabaikan rasio. Maka dengan ini aku damaikan. Bacalah bukuku “Critique of Pure Reason “. Dalam hal ini Immanuel Kant mengambil “Sintetik” dari David Hume dan “Apriori” dari Rene Descartes. Maka Immanuel Kant memproklamirkan bahwa sebenar-benar ilmu adalah “Sintetik Apriori”. Sintetik artinya cobalah, sedangkan Apriori artinya pikirkanlah. Maka sebenar-benar filsafat ilmu adalah pikirkanlah pengalamanmu dan terapkanlah pikiranmu itu. 
Dari salah satu sifat dunia yaitu bersifat formal, maka lahirlah formalism dengan tokohnya adalah Hilbert. Sementara itu terdapat sifat logis, maka lahirlah logisisme dengan tokohnya Bertrand Russell. Dalam dunia atas terdapat beyond (di luar pikiran) atau dikenal dengan transendentalisme. Sebenar-benar ayam adalah transenden bagi cacing. Sebenar-benar kita sebagai kakak adalah transenden bagi adik kita. Maka para dewa adalah transenden bagi para daksa. Pemimpin adalah transenden bagi yang dipimpin. Subjek adalah transenden bagi objek. Subjek adalah transenden bagi setiap sifat-sifatnya. Prof Marsigit sadar memakai baju kuning, namun baju kuning tidak akan mengerti siapa Prof Marsigit. Maka Prof Marsigit transenden bagi baju kuning.
Dalam identitas bersifat tunggal.Tunggal atau satu kebenarannya. Misalnya dalil Phytagoras, bersifat  tunggal yang dapat digunakan dalam situasi apapun, tidak memandang siapa yang menggunakannya. Adapun yang Maha Tunggal adalah Spiritual. Maka dalam hal ini tunggal disebut Monisme (Maha Tunggal). Maha Tunggal dari keseluruhan yaitu kuasa Tuhan Yang Maha Esa. Berdasarkan gambar di atas dapat kita lihat dunia konkret, formal, normatif, dan spiritual. Hal tersebut sangat cocok dengan struktur negera kita Indonesia. 
Dengan segala macam pernak-pernik dunia, terdapat jaman kegelapan. Jaman kegelapan adalah jaman dimana kebenaran hanya milik gereja. Maka orang lain di luar gereja tidak ada yang berhak membicarakan kebenaran, apalagi sampai mencari dan mengklaim kebenaran. Karena semua kebenaran direkomendasikan dari gereja. Jika ada yang melanggar maka akan dihukum mati. Salah satu sisa-sisa peninggalan yang masih ada walaupun sudah mulai ditinggalkan, yaitu Geosentris menuju Heliosentris. Karena gereja berpendapat bahwa bumi adalah pusat dari alam semesta. Diam-diam orang menggunakan pemikiran yang dirintis oleh Copernicus, dikenal dengan revolusi Copernicus. Dalam filsafat lahir aliran Copernicusianisme. Copernicus menyelidi sesuatu dan ditulis lalu disembunyikan karena agar tidak ketahuan. Karena yang ketahuan akan dikira perdukunan. Sepeti Galileo Galilei yang berusaha mengukur kecepatan suara maka dalam hal ini dia dianggap sudah menyalahi ketentuan gereja. Oleh karena itu Galileo pun dibunuh. Copernicus berusaha untuk membantah sesuatu yang sangat besar yang diyakini oleh gereja. Entah bagaimana pembelaan dari gereja, namun saintifik sudah jelas di sana digunakan yang seakan-akan menganulir kebenaran yang dibuat oleh gereja. Kenyataanya ternyata pusat dari alam semesta bukan bumi, namun pusatnya adalah matahari (Heliosentris). Bumi sebetulnya berputar pada porosnya. Maka jangan berpikir bahwa kita ini tetap, karena selama hidup (jika dilihat dari perjalanan bumi), kita tidak akan menempati tempat yang sama. karena bumi berputar mengeliingi matahari. 
Pasca Revolusi Copernicus muncul tokoh baru yaitu Auguste Comte (2 abad yang lalu). Dia kuliah di Politeknik di Paris namun dropout. Akhirnya dia membuat buku filsafat. Menurut Auguste Comte, semua yang dikatakan Rene Descartes, Davis Hume, Immanuel Kant dan semua filsuf besar adalah meaningless, semua itu tidak ada artinya sama sekali. Kita hidup di dunia untuk apa? Tidak ada gunanya selama berabad-abad hanya menimbulkan pertentangan hingga Socrates, Gelileo dll dihukum mati. Menurut Comte, kalau ingin membangun dunia tidak bisa jika berlandaskan agama, karena menurutnya agama itu tidak logis (irasional). Comte berpendapat jika ingin membangun dunia maka gunakan sesuatu yang rasional, maka agama diletakkan pada bagian paling bawah, lalu disusul dengan filsafat dan paling atas adalah metode Positive atau Saintifik (metode ilmiah). Maka kita dapat melihat bahwa dari sini lah benang merah Kurikulum 2013 bersumber dari pemikiran Comte, dimana agama dimarginalkan. Apakah pengembang kurikulum tidak memahami? Fenomena Auguste Comte ini menghasilkan kemajuan yang sangat pesat di dunia. Dengan ditopang oleh ilmu-ilmu dasar, seperti matematika murni, biologi murni, fisika murni, dll memasukkan teknologi. Sehingga menghasilkan industrialisasi (revolusi industry) Dunia Barat. Maka tanpa kita sadari hal tersebut kemudian menjelma dari archaic, tribal, tradisonal, feudal, modern, post modern, post post modern, dan powernow (kontemporer). Di negera powernow agama diletakkan pada bagian paling bahwa, sementara itu di Indonesia dengan material, formal, normative, dan spiritual, dimana spiritual terletak pada bagian paling atas. Maka dapat dikatakan Indonesia seakan terjepit. Apalagi disokong dengan kehidupan kapitalisme, pragmatisme, utilitarian, hedonisme, materialisme, liberalisme yang diciptakan oleh Powernow. Maka Indonesia terkooptasi di bawah pengaruh kehidupan Powernow. 
Kita belajar filsafat dianalogikan seperti ikan-ikan dimana lautnya sudah banyak tercemar oleh limbah powernow. Jadi sudah banyak yang sudah mati, namun masih ada juga yang masih hidup. Seorang sufi berkata “saya melihat banyak orang, namun hanya sedikit yang masih hidup. Sebenar-benar aku melihat dia adalah mayat hidup karena di dalam hidupnya tidak ada doa sepenggal pun. Maka dari ranah spiritual, orang yang tidak mau berdoa maka dianggap telah mati. Sedangkan seorang filsuf menyatakan “sebenar-benar aku melihat, diantara banyak orang hanya sedikit yang masih hidup, sedangkan yang lain mati. Karena hanya sedikit orang yang sedang berpikir, sedangkan yang lain tidak berpikir. Secara filsafat, sebenar-benar orang mati adalah orang yang sedang tidak berikir. Indikator secara psikologi adalah mulai mengantuk, mata belalang. Maka dalam blog Prof Marsigit terdapat Elegi Logos Berubah Menjadi Belalang.
Belajar filsafat seperti seorang ksatria Bima atau Werkudhara yang mencari wahyu Banyu Panguripan atau Air kehidupan, walau pun dia ditipu, difitnah , dsb. Namun dengan ketetapan hati percaya kepasa Yang Kuasa, dengan intuisi dan ilmunya, dia jalani saja jebakan-jebakan tersebut. Maka dia digambarkan dapat mencapai ke dasar laut bertemu dengan dewa laut.
Jika dalam belajar filsafat kita diibaratkan seperti ikan kecil, maka jadilah ikan kecil yang memahami berbagai aliran air, mana yang tercemar, mana yang masih bersih. Sehingga jika kita sudah mengetahui, maka kita dapat memposisikan sebagai ikan yang sehat  dan dapat menghasilkan generasi yang sehat pula. 
Fenomena Auguste Comte secara mikro dan makro akan terus mengalir dalam kehidupan kita. Ketika kita mengabaikan ibadah hanya karena segenggap smartphone, maka kita sudah terjangkit fenomena Auguste Comte. Karena fenomena Comte tersebut memilih dunia daripada akhirat. Sedangkan dalam dunia timur sebenarnya ada solusinya seperti yang telah dijelaskan dalam sebuah hadist “bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu akan hidup selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besok”.
Dalam kaitannya dengan kurikulum 2013, menunjukkan bahwa Indonesia semakin lemah diantara percaturan dunia. Kita dapat mengibaratkan Indonesia seperti anak ayam yang kelaparan di dalam lumbungnya sendiri. Sementara makelarnya (Singapura) kaya raya dan dipercaya. Sedangkan yang mempunyai lumbung (Indonesia) tidak dipercaya. Maka muncul adanya makelar diplomasi, ini menunjukkan bahwa Negara kita lemah. Jika sudah lemah, maka melakukan apapun akan serba salah. Negara kita mempunyai konsep, namun tidak berani mengatakan. Karena jika dikatakan maka pertanda kita sudah menjadi objek. Maka dengan begitu mau tidak mau, Indonesia dengan pelan dan pasti mengikuti derap langkah barisan powernow. Pelan tapi pasti Indonesia akan menjadi Negara cabangnya powernow. Dalam kurikulum 2013, semua berpotensi menjadi powernow. Kecuali jika kita membuat kurikulum yang sesuai  dengan tema “apapun mata pelajarnya, maka metodenya adalah saintifik”. Sesungguhnya saintifik hanya fenomena menajam saja dari fenomena yang lain. Jika hidup kita dikomandani oleh hati/spiritual maka pada setiap titiknya akan terjadi hermenitika kehidupan (yang meniru lintasan bumi mengelilingi matahari) yaitu fenomena menajam (dengan saintifik), kemudian fenomena mendatar (membudayakan), dan fenomena mengembang (konstruksi-membangun hidup). Maka tidak tepat jika hanya menggunakan saintifik saja untuk membangun dunia, karena saintifik hanya seperempat dunia. Oleh karena itu Prof Marsigit dengan gencar mensosialisasikan karyanya dengan cara gotong royong bersama mahasiswa, menghargai ide dari mahasiswa melalui social media di dunia internet. 
Dalam peta pendidikan dunia terdapat Industrial trainer, Technological pragmatist, Old humanist, Progressive educator, Pubilc educator. Idealnya pendidikan di Indonesia berada pada Progressive educator dan Pubilc educator. Namun kurikulum 2013 mengklaim menggunakan metode saintifik tetapi pengembangannya tidak berdasarkan saintifik. Hanya berdasarkan ego kepentingan kelompok. Dalam sosialisasi kurikulum berjalan sembunyi-sembunyi karena tidak berani adu konseptual. Banyak persoalan yang muncul, mungkin satu aspek baik dan bermanfaat, namun beberapa aspek lain bermasalah. Secara fundamental, karena kita bangsa yang gamang, maka yang lemah akan bingung. Saintifik di Indonesia dengan prinsip 5M (mengamati, menanya, mengasosiali, mengkomunikasi, mencipta). Pada aspek “menanya”, apa yang ditanya? Guru bingung, pakarnya pun bingung. Jika kita amati pendidikan di luar negeri, saintifik yang ditampilkan adalah “hipotesis”, bukan “menanya”. Karena Negara kita gamang, ilmuwannya pun gamang dan tidak berani adu konsep, maka “hipotesis” dipelintir dengan “menanya”. Kemudian pada aspek “mengkomunikasi”, maksud dari “mengkomunikasi: itu ap? Menurut Auguste Comte, saintifik mempunyai 4 aspek dan aspek yang terakhir adalah “history”. Namun di sini “history” dihilangkan dan diganti “mengkomunikasikan”. Sesungguhnya jika kita berpikir bahwa manusia hidupnya bersejarah, maka itu ranahnya ilmu-ilmu humaniora, pasti ada cerita, konstrukti, kualitatifnya. Namun karena di Indonesia saintifik yang menciptakan adalah para pendekar ilmu-ilmu dasar (murni) dengan teknologinya, maka tidak lah mungkin menteri pendidikan dan tokoh-tokoh diambil dari sini. Tapi diambil dari sana, orang-orang yang dianggap berjasa sebagai ujung tombak dari monster powernow, dimana backbonenya adalah eskploitasi alam. Indonesia diekploitasi dari barat hingga timur, kita hanya mendapatnya debu dan asapnya saja. Oleh karena itu, karena kita bangsa yang lemah, maka jika ke luar negeri, entah ke Cina, Amerika, dll, kita menggunakan bahasa diplomasi hanya dengan satu kata, yaitu “investasi”. Namun lama kelamaan Negara barat bosan juga, karena kekayaan Indonesia sudah mulai habis. Karena kelemahan Negara kita ini menjadikan tidak percaya diri di persimpangan jalan. Negara kita yang begitu besar bagaikan anak ayam berhadapan dengan rajawali. Fenomena Comte ini sungguh tidak bisa dihindari. Namun tetaplah jadikan hati kita menjadi komandan atas sifat dan sikap kita di dunia. Tak lupa untuk selalu berdoa kepada Allah SWT agar tidak lalai akan dunia yang fana ini. Semoga kita kuat menghadapi dunia yang semakin antah berantah ini dan semoga kita tetap berada di jalan-Nya yang lurus. Aamiin.
Demikian refleksi dari perkuliahan Filsafat Ilmu pertemuan ke-8. Semoga kita dapat mengambil hikmah dari apa yang telah dipelajari dan bermanfaat bagi kehidupan kita. Aamiin. :) :) :)




0 komentar:

Posting Komentar