Laman

Kamis, 17 Desember 2015

Uji Petik Filsafat



Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu Pertemuan ke-13
Pengampu: Prof. Dr. Marsigit, M.A
PPs UNY Pendidikan Matematika kelas A
Selasa, 15 Desember 2015 Pukul 11.10-12.50 WIB
di lantai tertinggi Gedung Lama PPs UNY ruang R.305b

            Dalam pertemuan ke-13 ini, kita mengikuti “Uji Petik”. Dalam ujian ini tidak begitu mempermasalahkan nilai yang kita diperoleh, karena seperti yang dikatakan oleh Prof Marsigit bahwa seorang matematikawan hebat saja dalam memahami ini membutuhkan waktu 3 tahun. Ujian ini diadakan agar kita dapat menyadari seberapa kemampuan kita dalam memikirkan dan sejauh mana  kita memahami filsafat setelah mengikuti perkuliahan. Nilai yang kita peroleh masih tertatih-tatih dan belum ada yang lulus.

Kita dapat melihat bagaimana Immanuel Kant membuat tulisan dalam bidang filsafat yang dituangkan dalam buku-bukunya. Hal ini menunjukkan bahwa ketika kita orang-orang di Indonesia masih berjuang untuk menjadi manusia, namun Immanuel pemikirannya sudah terlalu jauh. Hal ini dikarenakan Immanuel Kant suka membaca buku, sehingga saking asiknya dia menggeluti filsafat dia sampai tidak mempunyai istri.

Dalam uji petik ini kita disuguhkan tulisan dari Immanuel Kant “the critiquel of pure reason”. Ini baru lah preface atau pengantar dari buku Kant tersebut. Setelah dilakukan Uji Petik, kemudian dibahas bersama mengenai jawaban dari uji petik. Pada suatu soal, ada yang berkaitan dengan”time”, dimana Kant mendefinisikan tentang waktu. Tulisan Kant tersebut sesungguhnya sangat filosofis, dimana dalam suatu kalimat Kant pun mengatakan bahwa “time is not an imperical conception” yang berarti bahwa waktu bukanlah pengalaman. Namun waktu memerlukan ruang, jadi waktu tidak mungkin ada jika tidak ada ruang. Sehingga jika kita mendefinisikan waktu harus lah dengan ruang. Kata “kapan” hanya bisa bermakna jika ada “dimana”, maka tidak ada “kapan” jika tidak ada “dimana”. Waktu hanya mempunyai satu dimensi. Selain itu waktu juga tidak bersifat discurtive, sehingga tidak ada waktu 1, waktu 2, dan seterusnya. Misal ada bulan, dalam bulan berisi minggu, minggu berisi hari. Bulan, minggu, dan hari tersebut adalah ruang yang diciptakan manusia untuk mendefinisikan waktu.

Masih dalam kaitannya dengan waktu, dalam tulisan Kant tersebut terdapat transcendental expositon of the concept. Jika memakai istilahnya Prof Marsigit, ini adalah waktunya para dewa. Kalau dewa terlambat itu dikarenakan ada keperluan lain, tetapi jika daksa yang terlambat maka itu adalah ketidaktahu dirian. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa waktunya para dewa itu berbeda dengan waktunya para daksa. Kemudian terdapat pula transcendental esthetic. Secara hukum kodrat alam, menetukan metode adalah suatu hakekat. Metode tersebut digunakan untuk menentukan nilai kebenaran (etik), setelah itu baru lah digunakan untuk menentukan keindahan (estetika). Maka janganlah dibaik, karena jika keindahan menjadi pangkal maka akan rusak dunia ini. Karena sesungguhnya yang nampak indah belum tentu benar. Namun pada jaman sekarang, yang terjadi adalah benar dikarenakan tampilannya. Oleh karena itu diuraikan oleh Kant agar tidak salah paham. Oleh karena itu dasarnya adalah kognisi, dimana kita dapat memahami etik dan estetika, baik yang bersifat fakta maupun transenden. Dalam tulisan tersebut, Kant berbicara tentang intuisi, fenomena, dan yang ada pada dirinya sendiri (thing in themselves). Jadi ontologinya dari segala sesuatu adalah thing in themselves. Selengkapnya tulisan dari Kant tersebut dapat dibaca di akun Akademia milik Prof Marsigit.


Demikian refleksi dari perkuliahan Filsafat Ilmu pertemuan ke-13. Kita hendaknya tidak hanya berhenti berpikir setelah mendengarkan penjelasan singkat, karena jika demikian maka kita akan termakan oleh mitos-mitos. Oleh karena itu, bacalah dan pahami filsafat. Semoga kita semakin paham akan dunia filsafat yang dipenuhi olah pikir.


0 komentar:

Posting Komentar