Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu Pertemuan ke-13
Pengampu: Prof. Dr. Marsigit, M.A
PPs UNY Pendidikan Matematika kelas A
Selasa, 15 Desember 2015 Pukul 11.10-12.50 WIB
di lantai tertinggi Gedung Lama PPs UNY ruang R.305b
Dalam
pertemuan ke-13 ini, kita mengikuti “Uji Petik”. Dalam ujian ini tidak begitu
mempermasalahkan nilai yang kita diperoleh, karena seperti yang dikatakan oleh
Prof Marsigit bahwa seorang matematikawan hebat saja dalam memahami ini
membutuhkan waktu 3 tahun. Ujian ini diadakan agar kita dapat menyadari seberapa
kemampuan kita dalam memikirkan dan sejauh mana
kita memahami filsafat setelah mengikuti perkuliahan. Nilai yang kita
peroleh masih tertatih-tatih dan belum ada yang lulus.
Kita dapat melihat bagaimana Immanuel Kant membuat tulisan
dalam bidang filsafat yang dituangkan dalam buku-bukunya. Hal ini menunjukkan bahwa
ketika kita orang-orang di Indonesia masih berjuang untuk menjadi manusia,
namun Immanuel pemikirannya sudah terlalu jauh. Hal ini dikarenakan Immanuel
Kant suka membaca buku, sehingga saking asiknya dia menggeluti filsafat dia
sampai tidak mempunyai istri.
Dalam uji petik ini kita disuguhkan tulisan dari Immanuel
Kant “the critiquel of pure reason”. Ini
baru lah preface atau pengantar dari
buku Kant tersebut. Setelah dilakukan Uji Petik, kemudian dibahas bersama
mengenai jawaban dari uji petik. Pada suatu soal, ada yang berkaitan dengan”time”,
dimana Kant mendefinisikan tentang waktu. Tulisan Kant tersebut sesungguhnya sangat
filosofis, dimana dalam suatu kalimat Kant pun mengatakan bahwa “time is not an imperical conception”
yang berarti bahwa waktu bukanlah pengalaman. Namun waktu memerlukan ruang,
jadi waktu tidak mungkin ada jika tidak ada ruang. Sehingga jika kita
mendefinisikan waktu harus lah dengan ruang. Kata “kapan” hanya bisa bermakna
jika ada “dimana”, maka tidak ada “kapan” jika tidak ada “dimana”. Waktu hanya
mempunyai satu dimensi. Selain itu waktu juga tidak bersifat discurtive, sehingga tidak ada waktu 1,
waktu 2, dan seterusnya. Misal ada bulan, dalam bulan berisi minggu, minggu
berisi hari. Bulan, minggu, dan hari tersebut adalah ruang yang diciptakan
manusia untuk mendefinisikan waktu.
Masih dalam kaitannya dengan waktu, dalam tulisan Kant
tersebut terdapat transcendental expositon of the concept. Jika memakai
istilahnya Prof Marsigit, ini adalah waktunya para dewa. Kalau dewa terlambat
itu dikarenakan ada keperluan lain, tetapi jika daksa yang terlambat maka itu
adalah ketidaktahu dirian. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa waktunya para
dewa itu berbeda dengan waktunya para daksa. Kemudian terdapat pula transcendental esthetic. Secara hukum
kodrat alam, menetukan metode adalah suatu hakekat. Metode tersebut digunakan
untuk menentukan nilai kebenaran (etik), setelah itu baru lah digunakan untuk
menentukan keindahan (estetika). Maka janganlah dibaik, karena jika keindahan
menjadi pangkal maka akan rusak dunia ini. Karena sesungguhnya yang nampak
indah belum tentu benar. Namun pada jaman sekarang, yang terjadi adalah benar
dikarenakan tampilannya. Oleh karena itu diuraikan oleh Kant agar tidak salah
paham. Oleh karena itu dasarnya adalah kognisi, dimana kita dapat memahami etik
dan estetika, baik yang bersifat fakta maupun transenden. Dalam tulisan
tersebut, Kant berbicara tentang intuisi, fenomena, dan yang ada pada dirinya
sendiri (thing in themselves). Jadi
ontologinya dari segala sesuatu adalah thing
in themselves. Selengkapnya tulisan dari Kant tersebut dapat dibaca di akun Akademia milik Prof Marsigit.
Demikian
refleksi dari perkuliahan Filsafat Ilmu pertemuan ke-13. Kita hendaknya tidak hanya berhenti
berpikir setelah mendengarkan penjelasan singkat, karena jika demikian maka
kita akan termakan oleh mitos-mitos. Oleh karena itu, bacalah dan pahami
filsafat. Semoga kita semakin paham akan dunia filsafat yang
dipenuhi olah pikir.
0 komentar:
Posting Komentar