Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu Pertemuan ke-12
(Bagian 2)
Pengampu: Prof. Dr. Marsigit, M.A
PPs UNY Pendidikan Matematika kelas A
Selasa, 8 Desember 2015 Pukul 11.10-12.50 WIB
di lantai tertinggi Gedung Lama PPs UNY ruang R.305b
Gambar
tersebut di atas, awalnya ada ruang yang berisi 2+3=5. Maka kita dapat
menentukan yang ada di luar 2+3=5, antara lain: 2+3, 2,3+, dan sebagainya. Kita
dapat mengisi pada ruang-ruang yang lain. Ini sudah memasuki filsafat
pendidikan matematika.Kalau kita ingin menjadi Begawa dimana filsafatnya sudah mengendap,
maka semilyar pangkat semilyar ruang pun tak akan cukup kita menyebutkannya. Ruang
itu tidak harus sejajar, namun berdimensi, berstruktur yang dapat berpotongan.
Maka dari table tersebut, 2+3 dapat disebut sebagai mengada, 2+3=5 sebagai
pengada. Dari ruang lain ada gambar berbentuk kotak-kotak, maka dapat disebut
sebagai geometri. Selain itu ada juga statistic, integral, formal, psikologi,
sosiologi, budaya, ideology, ontology, epistemology, aksiologi, dan lain
sebagainya. Betapa hebat dan kayanya filsafat. Ini belum menyangkut yang ada
dan yang mungkin ada. Prof. Daviton dari Holic University di Thailand
mempresentasikan matematika antara proses dan produk . Hanya mempresentasikan
itu saja bisa masuk makalah internasional. Belum lagi menyangkut yang ada dan
yang mungkin ada. Jadi begitu luas filsafat itu.
Dalam
filsafat, wadah da nisi itu menerangkan bentuk dan substansinya. Jadi
penjumlahan, substansinya agar dipahami orang awam adalah “gabungan”. Tahukah
perbedaan 2+3 dan 2+3=5? Perbedaannya adalah jika 2+3 adalah hakekat proses,
sedangkan 2+3=5 adalah hakekat produk. Lalu apa hakekat menjumlah? Secara
filsafat berbeda dengan 2+3 dan 2+3=5.
Selama
kita masih berkomunikas menggunakan bahasa awam, maka akan tersedia jadi
tergali ruang-ruang dengan bahasa awam.
Terkait dengan epistemology maka menyangkut benar dan salah. Sedangkan
aksiologinya itu menyangkut etik dan estetika. Etik berkaitan dengan pantas
atau tidak pantas (baik atau buruk). Sedangkan estetika adalah keindahan.
Apakah keindahan bisa menentukan baik dan buruk? Apakah baik dan buruk selalu
termuat keindahan? Apa yang dianggap baik, belum tentu termuat keindahan dan
keindahan pun belum tentu bisa menentukan baik atau buruk, karena semua
tergantung dengan ruang dan waktu.
Kita
bebas mengisi ruang-ruang tersebut. Namun jika kita belajar dengan Prof
Marsigit maka kita harus meminta pertanggungjawaban kepada Prof Marsigit
mengapa menjawab seperti itu? Kembali kepada pemberontakan test jawab singkat,
Prof Marsigit mengatakan bahwa Filsafat itu penjelasan anda, maka tidak ada
artinya untuk semua, karena yang terpenting penjelasannya.
Terkait
dengan kolom “jodoh”, istilah awam adalah pasangan. Ada dari jodoh dan pasangan
adalah ada dan yang mungkin ada. Pengadanya adalah yang ada dan yang mungkin
ada. Sementara itu mengadanya adalah sintesis. Psikologinya adalah memasangkan,
sedangkan sosiologinya adalah hubungan. Budayanya adalah karya budaya. Kemudian
untuk ontologinya adalah wadah dan isi dari yang ada dan yang mungkin ada,
epistemologinya adalah hermeunitika, dan estetikanya adalah harmoni. Sementara
itu formalnya adalah fungsi (perjodohan). Inilah
matematikanya filsafat, termasuk matematika dari situ, termasuk pula jodoh, dan
sebagainya Jadi sesungguhnya filsafat adalah mengekstensi dan mengintensi ruang
dan waktu.
Pertanyaan dari Nurafni Retno
Kurnia: Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa bumi hany satu. Lalu apakah ada bumi
lain di luar bumi ini?
Jawaban Prof Marsigit:
Kita
baru pada tataran filsafat dengan bahasa analog atau pengandaian. Bahasa dari
Tuhan itu sangat lengkap pada level-level tertentu. Jadi itulah tugas manusia
untuk mempelajari dari firman-firman Tuhan. Misalnya terminology surga dan
neraka, apakah surga dingin dan neraka panas? Sesungguhnya dingin dan panas
adalah psikologi manusia, dingin sekali saja bisa dirasakan panas. Saya terus
terang tidak paham dengan bahasa-bahasa yang sudah sangat tinggi seperti itu.
Dalam filsafat saja memakai analogi atau perumpamaan. Jadi logika saya,
sebagaian dari misteri itu dapat dipecahkan dengan perumpamaan-perumpamaan.
Tetapi masalahnya di dalam agama ada yang bersifat formal, tidak sembarangan
diterjemahkan. Kemudian dapat diikhtiarkan menggunakan pikiran manusia. Pikiran
manusia dengan teknologinya, namun secanggih apapun teknologi tersebut tidak
semua dapat memecahkan misteri yang anda tanyakan seperti itu Oleh karena
itu perlu diekmbalikan pada referensi
ayatnya. Adapun salah satu cara pemahaman dengan pemikiran, maka perlu
mendefinisikan. Kita dapat menambahkan pemikiran kita secara subjektf. Itu lah
yang dimaksud struktur. Jangan kan langit, atau pun surga dan neraka, kalau
kita berbicara pikiran kita saja berstruktur. Struktur dari tidak ada struktur
pun itu adalah struktur. Tidak percaya filsafat pun termasuk berfilsafat, maka tidak
ada struktur pun adalah struktur dimana tidak ada struktur. Struktur paling primitive
yaitu ruang dan waktu. Maka sampai akhir pun tidak dapat dijelaskan.
Demikian
refleksi dari perkuliahan Filsafat Ilmu pertemuan ke-12. Kita hendaknya tidak hanya berhenti
berpikir setelah mendengarkan penjelasan singkat, karena jika demikian maka
kita akan termakan oleh mitos-mitos. Oleh karena itu, bacalah dan pahami
filsafat. Semoga kita semakin paham akan dunia filsafat yang
dipenuhi olah pikir.
0 komentar:
Posting Komentar