Laman

Minggu, 06 Desember 2015

Turning Point dari Tes Jawab Singkat



Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu Pertemuan ke-11
Pengampu: Prof. Dr. Marsigit, M.A
PPs UNY Pendidikan Matematika kelas A
Selasa, 1 Desember 2015 Pukul 11.10-12.50 WIB
di lantai tertinggi Gedung Lama PPs UNY ruang R.305b

1.      Apa idealnya realis?
2.      Apa realisnya ideal?
3.      Apa tetapnya perubahan?
4.      Apa berubahnya ketetapan?
5.      Apa fatalnya vital?
6.      Apa vitalnya fatal?
7.      Apa dewanya daksa?
8.      Apa daksanya dewa?
9.      Apa intensifnya ekstensif?
10.  Apa ekstensifnya intensif?
11.  Apa linearnya siklik?
12.  Apa sikliknya linear?
13.  Apa lampaunya sekarang?
14.  Apa sekarangnya lampau?
15.  Apa masa datangnya sekarang?
16.  Apa sekarangnya masa datang?
17.  Apa awalnya akhir?
18.  Apa akhirnya awal?
19.  Apa analitiknya sintetik?
20.  Apa sintetiknya analitik?
21.  Apa apriorinya aposteriori?
22.  Apa aposteorinya apriori?
23.  Apa rasionalnya pengalaman?
24.  Apa pengalamannya rasional?
25.  Apa identitasnya kontradiksi?
26.  Apa kontradiksinya identitas?
27.  Apa harmoninya disharmoni?
28.  Apa disharmoninya harmoni?
29.  Apa idealnya ideal?
30.  Apa realitasnya realitas?
31.  Apa tetapnya tetap?
32.  Apa berubahnya perubahan?
33.  Apa fatalnya fatal?
34.  Apa vitalnya vital?
35.  Apa dewanya dewa?
36.  Apa daksanya daksa?
37.  Apa intensifnya intensif?
38.  Apa ekstensifnya ekstensif?
39.  Apa lineranya linear?
40.  Apa sikliknya siklik?
41.  Apa lampaunya lampau?
42.  Apa sekarangnya sekarang?
43.  Apa masa depannya masa depan?
44.  Apa awalnya awal?
45.  Apa akhirnya akhir?
46.  Apa analitiknya analitik?
47.  Apa sintetiknya sintetik?
48.  Apa apriorinya apriori?
49.  Apa aposteriorinya aposteriori?
50.  Apa rasionalnya rasional?
51.  Apa pengalamannya pengalaman?
52.  Apa identitasnya identitas?
53.  Apa kontradiksnya kontradiksi?
54.  Apa harmoninya harmoni?
55.  Apa disharmoninya disharmoni?
Tulisan tersebut di atas merupakan 55 soal dari tes jawab singkat pada pertemuan ke-11. Dari soal nomer 1 s/d 28 bersifat kontradiksi, sedangkan dari soal nomer 29 s/d 55 bersifat identitas. Namun, apa yang kita jawab dari semua soal tersebut langsung disalahkan semua. Sehingga kami semua mendapat nilai “nol”. Kami semua satu kelas pun bingung dan panik. Kami bertanya-tanya, “Mengapa demikian? Mengapa semua jawaban disalahkan semua?”
Kemudian Prof Marsigit pun menjelaskan bahwa kita semua telah menyaksikan pertunjukan permainan ujian. Sebenarnya selama ini kami telah termakan dan terjebak mitos-mitos beliau. Prof Marsigit mengatakan, “semua jawaban dari ujian jawab singkat adalah salah, karena filsafat tidak seperti itu. Tes jawab singkat hanya untuk mempersiapkan diri untuk mengenal filsafat. Namun sebenar-benar filsafat tidak seperti itu. Lalu untuk menyadarkan anda bahwa selama ini telah termakan mitos, maka saya salahkan semua jawaban, termasuk jawaban saya pun salah.”
Lebih lanjut Prof Marsigit menjelaskan bahwa sebenar-benar jawab singkat itu sangat berbahaya, karena filsafat itu tidak seperti itu. Sesungguhnya filsafat adalah penjelasanmu mengapa kau menjawab demikian. Lalu apakah perkuliahan akan berakhir seperti ini terus? Tidak, tidak akan terjadi demikian lagi, kita tak boleh larut lagi dalam kata-kata Prof Marsigit, namun kita perlu membaca filsafat. Maka lavelnya kini telah naik, yaitu lavel para dewa dimana pertanyaan dalam tes jawab singkat mewakili dunianya. Dunia dapat dirangkai menjadi satu icon, yaitu dunia ideal. Maka supaya timbul mulculnya ilmu, ideal dan realis (dua dunia yang sangat jauh) didekatkan menjadi persoalan dalam pikiran. Maka kita dapat mengetahui dunia idelnya realis. Dari situ lah kita dapat berpikir dan penjelasan kita tentang idealnya realis adalah sebenar-benarnya filsafat kita.
Tes jawab singkat ini sesungguhnya tidak berguna bagi seorang filsuf. Namun mungkin bagi seorang daksa yang baru kemarin sore belajar filsafat berguna untuk mengenal sedikit tentang filsafat. Tetapi filsafat bukan lah seperti itu, ngono yo ngono ning ojo ngono. Tes jawab singkat yang telah kita lalui ibarat pisau yang mempunyai efek positif dan negative. Positif jika digunakan untuk memotong sayuran, mengiris bawang, dan pisau menjadi negatif jika digunakan untuk mengancam atau membunuh orang. Dalam tes jawab singkat kita menggunakan metode reduksi. Namun ini sangat berbahaya, karena filsafat akan dianggap kasar, mentah, tidak elegan. Karena sesungguhnya filsafat adalah penjelasan kita sedemikian rupa sehingga penjelasan kita dapat dipahami oleh orang lain, bahkan orang awam sekalipun. Meskipun sudah sejelas-jelasnya, namun orang awam belum tentu jelas, bahkan Prof Marsigit saja sampai membuat beranekaragam elegi untuk kepentingan para daksa agar dapat belajar filsafat dan memahaminya.
Seperti yang telah dijelaskan di awal, bahwa dari soal jawab singkat, sebagian soal bersifat kontradiksi. Hal tersebut hanyalah sebagian kecil dari kontradiksi dalam hidup kita, karena sebenar-benar hidup kita adalah kontradiksi. Kita membutuhkan makan, namun jika terlalu banyak makan maka akan mati juga. Maka ada saatnya makan, ada saatnya tidak makan, kita perlu menjelaskannya agar bermakna. Jika seperti pada soal nomer 1 terkait idealnya realis, maka kita perlu menjelaskannya, bila perlu kita tak usah menyebut idealis dan realis asalkan orang lain paham. Seperti halnya buku di tulis filsafat, namun belum tentu di dalamnya berisi filsafat. Contoh lain dalam berbagai tulisan dari blog Prof Marsigit tentang berbagai elegi, namun di dalamnya tersirat suatu makna yang menjelaskan tentang filsafat. Pada kesempatan kali ini merupakan titik balik (turning point) dari tes jawab singkat. Sehingga untuk perkuliahan selanjutnya tidak ada lagi tes jawab singkat. Hal ini dilakukan agar kami ‘terbangun’ dan sudah mulai membangun dunia filsafat.
            Berikut ini saya tuliskan beberapa pertanyaan beserta penjelasan dari Prof Marsigit. Semoga bermanfaat bagi kita semua.
Apa idealnya realis?
Jawaban Prof Marsigit:
Pokok persoalannya ada pada “realis”. Kalau engkau membaca buku tentang “realisme” karangan filsuf siapa pun, maka satu semester engkau tidak akan menemukan “apa itu realis?”. Hal ini sama halnya jika anda hanya berpatokan pada penjelasan Prof Marsigit, maka anda akan termakan mitos-mitos dari Prof Marsigit. Misalnya kita menyakini bahwa Falibisme adalah salah itu benar. Padahal sebenarnya jika kita membaca teori tentang falibisme, kita tidak akan menemukan penjelasan seperti itu. Kejadian tersebut ditujukan agar anda semua ‘terbangun’ dari mitos-mitos dan mampu belajar filsafat dengan tidak berhenti pada penjelasan Prof Marsigit. Maka hendak lah anda mulai membaca mengenai ontology, epistemology, realisme, falibisme, koneksionalisme, koherentisme, dsb. Sehingga anda tidak berhenti pada penjelasan Prof Marsigit dan memahaminya.
Dari penjelasan Prof Marsigit, dapat dikatakan bahwa ketika kita ingin mempelajari filsafat, maka kita harus membaca, tidak hanya berpatokan pada penjelasan Prof Marsigit. Jadi sangat disayangkan jika kita memberikan comment di blog Prof Marsigit hanya meng-copy paste dari artikel lain. Sesungguhnya itu manipulative yang dapat membodohi diri kita sendiri. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa kita “tidak ikhlas”. Sesungguhnya kita hendaknya ikhlas hati dan ikhlas pikir. Menurut penjelasan Prof Marsigit, ikhlas hati adalah terbebas dari manipulative, sedangkan ikhlas pikir adalah mengerti dan memahami. Karena sesungguhnya comment adalah refleksi, bukan hanya sekedar pamer referensi. Kita boleh menggunakan referensi, namun kita tetap mengendalikan pikiran kita dan memahami dengan sesungguhnya. Bukan malah kita terkendali oleh teknologi “copy-paste”, namun pikiran kita blank. Jika pikiran kita blank maka ini bertentangan dengan prinsip filsafat yang merupakan olah pikir. Kalau hanya melakukan copy-paste maka sesungguhnya kita tidak sedang melakukan olah pikir.
Dari ujian tes jawab singkat, setidaknya kita telah mendapatkan kesigapan. Karena pengalaman bertahun-tahun dari orang Indonesia itu paling sigap ketika menghadapi ujian. Maka dari ujian tes jawab tersebut Prof Marsigit telah mengenalkan ujian fiktif “ujian yang tidak sesungguhnya”, karena itu jauh lebih baik daripada menjelaskan panjang lebar namun kita belum paham juga, maka digunakan tes jawab singkat agar setidaknya kita semua memperoleh kesigapan.
Selama ini Prof Marsigit menjelaskan pertanyaan-pertanyaan dengan menggunakan intuisi. Sebenarnya intuisi itu bukan filsafat. Intuisi tersebut adalah hypothetical analysis, bahasa awamnya adalah “ngawur”. Jika tidak ngawur, maka Prof Marsigit akan menggunakan referensi. Namun untuk apa beliau menggunakan referensi? Karena sesungguhnya Prof Marsigit mempunyai struktur dan dimensi lain dengan kita mahasiswanya. Karena beliau telah menyeesaikan studi dan meraih gelar doctor dari jurusan filsafat. Maka tak diragukan lagi jika beliau tidak menggunakan referensi, karena dimensi beliau yang lebih tinggi disbanding kita sebagai mahasiswanya. Jadi tidak ada salahnya jika beliau menggunakan hypothetical analysis tersebut.
Kita kembali kepada pembahasan “idealnya realis” dengan menelaah, bukan sekedar jawab singkat yang hanya bersifat tebak-tebakan. Kita ketahui bersama bahwa relialis itu ada di luar pikiran (nyata), namun di luar pikiran itu tidak ada yang ideal. Ideal di sini dimaksudkan agar menghasilkan turunan yang perfeksionalisme (sempurna). Tetapi di dunia ini tidak ada yang sempurna. Misalnya kita membuat soal tentang “sudut lancip”, maka itu sesungguhnya di dunia ini tidak ada benda lancip, karena sekecil-kecilnya benda itu atom, namun lintasannya pun tidak lancip, tetapi melingkar. Jadi realnya tidak ada benda yang mempunyai sudut lancip, karena sesungguhnya yang lancip hanya ada dalam pikiran. Lalu timbul pertanyaan “bagaimana mengidealkan yang tidak ideal?”. Maka dapat dijelaskan seperti uraian di atas, jika kita belajar matematika, sesungguhnya kita telah mengidealkan yang tidak ideal. Contoh lain jika kita mempunyai pasangan, maka anggap saja pasangan kita ideal. Padahal sesungguhnya tidak ada manusia yang ideal, namun kita hanya butuh “menggapnya ideal” agar tidak menjadi permasalahan. Jadi ternyata hidup ini dapat kita definisikan bahwa “sebenar-benarnya hidup adalah mengidealkan yang tidak ideal (realis) dan sebenar-benarnya manusia hanya berusaha mencapai idealnya dari realis.

Apa realitasnya ideal?
Jawaban Prof Marsigit:
            Misalnya ada orang menikah, kemudian dia menjelaskan bahwa menikah adalah kewajiban. Maka dapat dikatakan bahwa menikah itu adalah idealnya. Dengan demikian orang menikah adalah upaya membuat real dari yang ideal atau realisasi dari ideal. Contoh lain, ketika kita menggambar rumah, lalu merealisasikan dengan membangun rumah. Maka hal tersebut dapat dikatakan sebagai realisasinya ideal.

Apa tetapnya perubahan?
Jawaban Prof Marsigit:
            Apa yang tetap dalam diriku dan apa yang berubah dalam diriku. Bahasa pintasnya, tetapnya perubahan adalah perubahan itu sendiri. Jadi yang tetap adalah perubahan itu sendiri. Maka untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita harus menjelaskan dan memberikan contoh sehari-hari. Misalnya, perubahan badan, daya ingat, pengetahuan dll.
Hidup kita ini terkomposisi dari fenomena linear dan siklik, maka perjalanannya membentuk kurva seperti jejaknya bumi mengelilingi matahari. Maka bumi itu tidak akan pernah menempati suatu tempat yang sama di waktu yang berbeda. Namun kita tidak menyadarinya. Ternyata kita diam di dalam perputaran, sehingga jika perputaran berhenti, kita tidak akan diam karena kita akan terbawa ke ruang angkasa disebabkan tidak adanya gaya grafitasi.

Apa berubahnya ketetapan?
Jawaban Prof Marsigit:
            Berubahnya ketetapan dapat diartikan sebagai batalnya perjanjian, bubarnya organisasi, pecahnya wadah. Misalnya dahulu Republik Rakyat Federal Yugoslavia yang terdiri atas Serbia, Kroasia, Slovenia, Bosnia-Herzegovina, Montenegro, dan Republik Makedonia; sera dua daerha otonom yang menjadi bagian dari Serbia: Kosovo dan Vojvodina. Setelah pemimpinnya Broz Tito meninggal dunia, negera menjadi berantakan dan terjadi perang saudara. Maka hal tersebut merupakan berubahnya ketetapan. Contoh lain, ketika sepasang suami istri bercerai, maka itu dapat dikatakan batalnya kesepakatakan atau berubahnya ketetapan.

Apa fatalnya vital?
Jawaban Prof Marsigit:
            Fatal adalah takdir, sedangkan vital adalah ikhtiar. Lalu apakah ikhtiar itu takdir-Nya? Hal ini berdimensi, jika menurut sisi pandang Tuhan, maka ikhtiar manusia juga termasuk takdir. Takdir dan ikhtiar diartikan sebagai usaha dan doa. Jadi fatalnya vital adalah doa dari usaha. Sehingga supaya hidup harmoni, kita perlu mengistiqomahkan usaha dan doa.

Apa vitalnya fatal?
Jawaban Prof Marsigit:
            Vitalnya fatal dapat diartikan sebagai ikhtiarnya takdir atau ikhtiarnya berdoa. Sesungguhnya doa itu perlu diusahakan, seperti ikut sholat jamaah, belajar doa, membaca tahlil, shalawat, istighosah, ziarah, dll.

Apa dewanya daksa? Apa daksanya dewa?
Jawaban Prof Marsigit:
            Sudah jelas jika ada Dewa pasti ada daksanya, seperti halnya wadah dan isi. Lalu jika ditanya daksanya dewa, maka ini adalah dunia dewa yang berstruktur. Sehingga ada dewa subjek dan predikat. Kalau dosen di UNY adalah para dewa, maka ada dosen yang golongan III, IV, doctor, professor, dll.

Apa intensifnya ekstensif?
Jawaban Prof Marsigit:
            Ekstensif merupakan keluasan, seluas-luasnya. Jadi kita dalam mendalami sesuatu tidak hanya di sini, namun juga di sana, diantara sana dan sini, sebelum sini dan sesudah sana, dimana kita usahakan secara intensif. Hal ini dapat diartikan bahwa kita tetap menegakkan kesadaran kita selalu untuk berfikir kapan pun dan dimana pun. Maka blog saya itu berfungsi untuk mengintensifkan yang ekstensif. Jadi jika anda malam-malam masih membaca blog saya maka itu adalah bentuk dari mengintensifkan yang ekstensif.

Apa ekstensifnya intensif?
Jawaban Prof Marsigit:
            Intensif adalah dalam sedalam-dalamnya, kemudian dibuatlah struktur dunianya. Sedalam-dalamnya dari segala sesuatu adalah ontologi. Ontologi tersebut adalah wadah dan isi, jika dinaikkan menjadi bakal konsep. Maka jika diekstensifkan menjadi konsep 1, konsep 2, dst yang terstruktur. Itulah yang dimaksud ekstensif dari intensif.

Apa linearnya siklik?
Jawaban Prof Marsigit:
            Siklik merupakan lingkaran. Lingkaran yang panjang jari-jarinya tak berhingga, maka lingkarannya berbentuk garis lurus. Maka itu adalah linearnya siklik. Misalnya kita menaiki pesawat terbang Jakarta-New York-Jakarta denga rute dari Jakarta melewati Tokyo, kemudian ke New York, dilanjutkan ke Prancis, Abu Dabi, dan kembali ke Jakarta. Orang awam yang tidak berpengetahuan teknologi akan merasa bahwa pesawat terbang dengan datar. Itu artinya linearnya siklik. Namun orang yang berpengetahuan akan mempunyai kesadaran, walaupun pesawat dirasa terbang datar, namun kita sadar bahwa sebetulnya pesawat terbang dengan melengkung mengikuti permukaan laut. Contoh lain, disadari atau tidak, kita bertemu di hari Selasa jam 11.10 WIB. Jika kita menyadari dengan segala macam persiapan maka itu artinya kita menyadari yang siklik. Tapi siklik-siklik regular yang ajeg akan menjadi garis linear.

Apa harmoninya harmoni?
Jawaban Prof Marsigit:
            Harmoni merupakan keadaan ideal seimbang dari segenap unsurnya. Misalnya gamelan Jawa, mencerminkan harmoni karena tidak ada musik yang menyebabkan keanehan. Hal ini disebabkan musiknya saling mendukung sehingga menimbulkan harmoni. Maka ciri kehidupan yang sehat adalah harmoni. Harmoni sendiri berstruktur dan berdimensi. Struktur harmoni yang lebih besar, tersusun atas unsur-unsur yang harmoni juga. Contoh lain, kehidupan rumah tanggaku akan harmoni jika pendengaranku pun harmoni. Karena jika pendengaran tidak harmoni maka akan mengganggu keharmonisan rumah tangga. Itu bisa menjadi pertengkaran antara suami istri dikarenakan pendengaran yang tidak haroni. Jadi harmoni itu terkompos unsur-unsur yang harmoni juga. Dalam kehidupan sehari-hari, makanan-makanan yang halal adalah penyusun dari harmoni di dalam tubuh kita. Jika di dalam tubuh mengalir dzat yang tidak harmoni maka menyebabkan darah, psikolohi dan tubuh yang tidak harmoni. Dalam sebuah Negara, keharmonisan keseluruhan Negara merupakan penentu dari harmoni rakyatnya. Sehingga jika negaranya kacau, akan menyebabkan rakyatnya kacau juga. Sehingga berat menjadi seorang pemimpin karena bisa menjadi penentu harmoni dan disharmoni dari rakyatnya.

Apa dewanya dewa?
Jawaban Prof Marsigit:
            Seperti yang telah dijelaskan di atas yaitu dewa yang berstruktur, yaitu dewa makrokosmis dan makrokosmos. Dewa makrokosmos ada yang bersifat analogis, referensial, dan intuisi. Misalnya, aku sebagai dosen adalah dewa dari mahasiswa, ayam adalah dewanya cacing, maka dapat dikatakan bahwa hal tersebut merupakan analogis. Contoh lain, jilbabmu berwarna hitam. Maka jilbabmu adalah dewanya warna hitam. Jadi di dalam filsafat, metode yang digunakan adalah bahasa analog. Namun Raja Dewa Wisnu, maka itu disebut referensial, yaitu dewa yang ada referensinya. Sebetulnya jika kita abstraksi dari sisi kekuasaan, persoalan dewa sebenarnya membicarakan kekuasan, “siapa? kuasa apa?”. Hal ini sangat penting karena menentukan hubungan antar unsur. Saya bukan birokrat, dekan, atau yang lain, namun saya adalah professor, kuasa saya adalah bidang keilmuan, review makalah, dsb. Namun dari sisi legal formal, saya harus melalu dekan. Jadi penting memahami semacam itu. Jika seorang professor dikatakan dewanya para dosen, namun dalam sebuah proyek professor tersebut menjadi sekretaris, maka dapat dikatakan terdapat dewa lagi di atasnya professor dari struktur tersebut.

Apa lampaunya lampau?
Jawaban Prof Marsigit:
            Misal saya ditelepon oleh waktu lampau. Dahulu saat saya SMP mempunyai teman baik, lalu kita melanjutkan ke SMA dan perguruan tinggi yang berbeda. Dia menggeluti bisnis yang multilalafel. Setelah lama tak berbeda, akhirnya dia menelponku. Maka seperti itu dapat dikatakan bahwa itu aku dikejar-kejar masa lampau. Maka dikatakan itu adalah lampaunya lampau. Jika suatu hari kita bertemu dan membicarakan kenangan jaman SMP, maka itu dapat dikatakan masa lampau yang terbawa dalam masa sekarang.

Apa masa depannya masa depan?
Jawaban Prof Marsigit:
            Misal menantu saya hamil, lalu dilakukan USG. Hal tersebut dikatakan mendahului melihat dengan teknologi, karena jika tanpa teknologi kita tidak dapat melihat baby yang masih ada dalam kandungan. Itu adalah fungsi teleogi, menelpon masa depan. Kita bisa memikirkan sesuatu hingga berada di masa depan, atau pun di masa lampau. Hal ini dapat saja terjadi dikarenakan kita sedang berpikir, dan hal ini lebih baik daripada orang yang tidak berpikir. Menurut filsuf, ia banyak melihat mayat berjalan dikarena orang-orang tidak berfikir. Hal tersebut satu level dengan yang dikatakan Ulama bahwa hanya sedikit orang yang hidup, selebihnya adalah mayat hidup disebabkan hanya sedikit orang-orang yang berdoa dan sebagian besar orang tidak berdoa.

Apa akhirnya akhir?
Jawaban Prof Marsigit:
            Perkuliahan ini akan berakhir. Begitu pun rasa lapar kita ini juga perlu diakhiri. Namun kita takkan pernah mengerti kapan akhiran itu. Sama seperti jika saya dari rumah pergi ke kampus, maka harus menempuh separuh perjalanan dan aku harus menempuh separuh lagi, lagi, dan lagi hingga saya tak tahu kapan berakhirnya. Itulah paradokisme. Sehingga kita sampai pada kesimpulan bahwa orang tidak akan pernah sampai pada tujuan. Tetapi ketika saya pulang sampai di rumah, dapat saya simpulkan bahwa perkuliahan kita sudah berakhir, perjalanan ke kampus sudah berakhir. Ternyata dunia akhiran terdiri dari unsur-unsur akhiran juga dan berstruktur. Namun kita tidak pernah mengetahui kapan akhiran itu, karena kita pun tak akan pernah sampai pada tujuan. Dengan demikian akhir yang kita pikirkan dalam level spiritual, akhir dari segala akhir, keyakinan kita mengatakan itu adalah “kiamat”, namun manusia tak akan mampu bisa memikirkannya karena itu adalah kuasa Tuhan.

Apa apriorinya aposteriori?
Jawaban Prof Marsigit:
            Aposteriori adalah kepahaman yang diperoleh setelah melihat. Jaman dahulu ketika orang tua akan menikahkan anaknya, maka aka nada acara “nontoni” atau diperlihatkan sosok calon pasangannya. Hal ini dilakuakn agar dapat mengambil suatu keputusan setelah melihat. Sedangkan apriori adalah kepahaman yang diperoleh sebelum/tanpa melihat. Misalnya jika kita mendengarkan lagu, kita tanpa melihat namun dapat memahaminya. Jadi apriori itu kita belum melihat bendanya namun sudah memahami. Sehingga dapat disimpulkan apriorinya aposteriori adalah memikirkan pengalaman kita. Maka sebenar-benarnya hidup adalah memikirkan pengalaman dan menerapkan pikiran.

Apa kontradiksinya kontradiksi?
Jawaban Prof Marsigit:
            Kalau kita cermat dalam kehidupan sehari-hari, sebetulnya ilmu kita diperoleh dari kontradiksi. Kontradiksi berarti jika aku adalah tesisnya, maka antitetesinya adalah selain diriku. Aku dan selain diriku adalah kontradiksi, karena diriku tak akan pernah sama dengan selain diriku. Kontradiksinya kontradiksi berati kontradiksi makro dan mikro. Para pemimpin dunia banyak yang mengalami kontradiksi, sementara di negaranya masing-masing pun mengalami kontradiksi. Hal tersebut dikatakan kontradiksi yang berstruktur menembus ruang dan waktu. Kalau itu menimpa diri kita maka itu menjadi komplikasi. Sehingga agar kita tetap sehat, maka harus sinkron antara mata, mulut, pendengaran, tangan, hati, pikiran, dsb. Jika kita melihat handphone namun kita mengira itu adalah roti, maka dapat dikatakan bahwa badan kita mengalami kontradiksi. Sementara itu ada kontradiksi yang tersembunyi yang dikenal dengan sebutan metakontradiksi atau kondradiksi semu.

Apa pengalamannya pengalaman?
Jawaban Prof Marsigit:
            Sebelum kita membahas pengalamannya pengalaman, maka terlebih dahulu kita berpijak pada pengalamannya rasional. Jadi rasio juga adalah pengalaman, ketika rasio berbeda dengan pengalaman maka levelnya akan berbeda dengan rasio yang sama dengan pengalaman. Rasio yang sama dengan pengalaman levelnya jauh lebih tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengalamannya pengalaman adalah struktur pengalaman yang dapat diartikan multifacet, multidimensi, plural wajahnya. Jadi kalau anda menjadi seorang presiden, maka telah mempunyai pengalaman berbisnis, pengalaman berpartai politik, pengalaman ke luar negeri, pengalaman jadi wali kota, pengalaman jadi gubernur, dsb, sehingga terkompos dalam bentuk pengalaman-pengalaman. Itu adalah pendapatku pada level tertentu, namun dari dimensiku yang lain aku mengatakan bahwa pengalamannya pengalaman adalah refleksi dari pengalaman. Syah-syah saja kita mengatakan pendapat kita, namun perlu dibangun struktur kebenaran sesuai dengan dunianya, sehingga orang awam yang kita ajak bicara dapat memahami apa yang kita sampaikan.

            Demikian refleksi dari pertemuan kesebelas. Maka berakhirlah periode tes jawab singkat yang telah kita hujat bersama-sama. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tes jawab singkat yang selama ini dijalani hanyalah ditujukan agar kita para pencari ilmu mempersiapkan diri untuk mengenal filsafat. Harus kita ingat selalu bahwa sebenar-benar filsafat tidak sesimpel tes ujian singkat. Kita hendaknya tidak hanya berhenti berpikir setelah mendengarkan penjelasan singkat, karena jika demikian maka kita akan termakan oleh mitos-mitos. Oleh karena itu, bacalah dan pahami filsafat.

0 komentar:

Posting Komentar