Laman

Sabtu, 28 November 2015

Mixed Methods Research (Metode Penelitian Kombinasi)


A.    Pendahuluan
Creswell (2009) menyatakan bahwa “ Mixed Methods Research is an approach to inquiry that combines or associated both qualitative quantitative form of research”. Metode kombinasi adalah merupakan pendekatan penelitian yang menggabungkan atau menghubungkan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. (Sugiyono, 2013: 19)
Menurut Creswell (dalam Sugiyono, 2013: 20), metode penelitian kombinasi akan berguna bila metode kuantitatif atau metode kualitatif secara sendiri-sendiri tidak cukup akurat digunakan untuk memahami permasalahan penelitian, atau dengan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif secara kombinasi akan dapat memperoleh pemahaman yang paling baik (bila dibandingkan dengan satu metode).

B.     Jenis-Jenis Metode Kombinasi
Creswell (dalam Sugiyono, 2013: 407) mengklasifikasikan model utama metode kombinasi menjadi dua, yaitu model sequential (kombinasi berurutan), dan model concurrent (kombinasi campuran). Model sequential (kombinasi berurutan) ada tiga macam, yaitu sequential explanatory strategy (model urutan pembuktian), sequential exploratory strategy (model urutan penemuan), dan sequential transformative strategy. Sementara itu, model concurrent (kombinasi campuran) terdapat dua macam, yaitu concurrent triangulation strategy (campuran kualitatif dan kuantitatif secara berimbang), concurrent embedded strategy (campuran penguatan/metode kedua memperkuat metode pertama), dan concurrent transformative strategy.
1.      Model Sequential (Kombinasi Berurutan)
Creswell (dalam Sugiyono, 2013: 408) menyatakan bahwa model kombinasi berurutan merupakan prosedur penelitian dimana peneliti mengembangkan hasil penelitian dari satu metode ke metode yang lain. Model kombinasi berurutan terdapat tiga macam, yaitu:
a.      Sequential Explanatory Design (Model Urutan Pembuktian)
Creswell (dalam Sugiyono, 2013: 409) menyatakan bahwa sequential explanatory strategy dicirikan dengan pengumpulan data dan analisis data kuantitatif pada tahap pertama, dan diikuti dengan pengumpulan dan analisis data kualitatif pada tahap kedua guna memperkuat hasil penelitian kuantitatif yang dilakukan pada tahap pertama.
b.      Sequential Exploratory Strategy (Model Urutan Penemuan)
Sequential Exploratory Strategy sama dengan Sequential Explanatory Design, hanya saja cara kerjanya dibalik. Pada model ini, tahap awal menggunakan metode kualitatif dan tahap kedua menggunakan metode kuantitatif. Bobot metode lebih berat pada metode kualitatif  dan selanjutnya dilengkapi dengan metode kuantitatif. Kelemahan dari Sequential Exploratory Strategy adalah peneitian memerlukan waktu, tenaga, dan biaya yang lebih besar. (Sugiyono, 2013: 410)
c.       Sequential Transformative Strategy
Model ini dilakukan dengan dua tahap dengan dipandu oleh teori lensa (gender, ras, ilmu social) pada setiap prosedur penelitiannya. Tahap pertama bisa menggunakan metode kuantitatif atau kualitatif dan dilanjutkan pada tahap berikutnya dengan metode kualitatif atau kuantitatif. Teori lensa dikemukakan pada bagian pendahuluan proposal penelitian untuk memandu dirumuskannya pertanyaan penelitian untuk menggali masalah. (Sugiyono, 2013: 411)

2.       Model Concurrent (Kombinasi Campuran)
Creswell (dalam Sugiyono, 2013: 411) menyatakan bahwa model Concurrent  merupakan prosedur penelitian dimana peneliti menggabungkan data kuantitatif dan kualitatif agar diperoleh analisis yang komprehensif guna menjawab masalah penelitian. Model kombinasi campuran ada tiga macam, yaitu:
a.      Concurrent Triangulation Strategy (Campuran Kualitatif dan Kuantitatif secara Berimbang)
Model ini merupakan model yang paling familiar diantara enam model dalam mixed methods. Dalam model concurrent triangulation ini peneliti menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif secara bersam-sama, baik dalam pengumpulan data maupun analisis data. Kemudian membandingkan data yang diperoleh, untuk selanjutnya dapat ditemukan mana data yang dapat digabungkan dan dibedakan (Sugiyono, 2013: 411).
Sugiyono (2013: 412) menyatakan bahwa dalam model ini penelitian dilakukan dalam satu tahap tetapi dengan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif secara bersama-sama. Idealnya bobot antara metode kuantitatif dan kualitatif yang dilakukan dalam penelian adalah seimbang, namun dalam prakteknya metode yang satu bobotnya lebih tinggi atau lebih rendah dari metode yang lain. Penggabungan data dilakukan pada penyajian data, interpretasi, dan pembahasan.
b.      Concurrent Embedded Strategy (Campuran Penguatan/Metode Kedua Memperkuat Metode Pertama)
Model Concurrent Embedded merupakan metode penelitian yang mengkombinasikan penggunaan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif secara simultan/bersama-sama (atau sebaliknya), tetapi bobot metodenya berbeda. Pada model ini ada metode primer dan metode sekunder. Metode primer digunakan untuk memperoleh data yang utama, dan metode sekunder digunakan untuk memperoleh data guna mendukung data yang diperoleh dari metode primer. (Creswell dalam Sugiyono,  2013: 412)
c.       Concurrent Transformative Strategy
Seperti halnya dalam model sequential transformative, pada model concurrent transformative ini peneliti juga dipandu dengan menggunakan teori perspektif baik teori kuantitatif maupun kualitatif. Teori perspektif ni seperti: critical theory, advocacy, participatory research or a conceptual or theoretical framework. Model ini merupakan gabungan antara model triangulation dan embedded. Dua metode pengumpulan data dilakukan pada satu tahap penelitian dan pada waktu yang sama. Bobot metode bisa sama dan bisa tidak sama. Penggabungan data dapat dilakukan dengan merging, connecting atau embedding (mencampur dengan bobot sama, menyambung, dan mencampur dengan bobot tidak sama). (Creswell dalam Sugiyono,  2013: 412-413)

C.    Pengumpulan Data dan Analisis Data
1)      Sequential Explanatory Design (Model Urutan Pembuktian)
Tahap awal adalah dengan pengumpulan data dan analisis data kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan pada populasi atau sampel tertentu menggunakan instrument yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Selanjutnya dilakukan analisis data kuantitatif. Analisis diarahkan untuk menjawab rumusan masalah deskriptif dan menguji hipotesis yang telah diajukan. Tahap selanjutnya adalah pengumpulan data dan analisis data kualitatif. Setelah data dari metode kualitatif sudah terkumpul dan kemudian dianalisis.
Setelah pengumpulan data dan analisis data pada metode kuantitatif dan kualitatif selesai, tahap selanjutnya adalah membandingkan data kuantitatif dan kualitatif, dimana data kuantitatif hasil penelitian kuantitatif dilakukan pada tahap pertama dan data kualitatif hasil penelitian kualitatif dilakukan pada tahap kedua. Melalui analisis data ini akan dapat diperoleh informasi apakah kedua data saling melengkapi, memperluas, memperdalam atau malah bertentangan. (Sugiyono, 2013: 449).
2)      Sequential Exploratory Strategy (Model Urutan Penemuan)
Tahap awal adalah dilakukan pengumpulan data dan analisis data kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, kegiatan pengumpulan data lebih banyak dilaksanakan secara bersamaan. Jadi peneliti melakukan pengumpulan data, analisis data, sekaligus melakukan pengujian kredinilitas data dengan teknik trianggulasi. Proses pengumpulan data dan analisis data dalam penelitian kualitatif dapat menggunakan model yang dikembangkan oleh Spradley atu Miles and Huberman. Analisis data yang dikembangkan Spradley adalah analisis domain, taksonomi, komponensial, dan tema kulturan. Sedangkan analisis menurut Miles and Huberman  bersifat interaktif yaitu, data collection, data reduction, data display, conclutions (Sugiyono, 2013: 478).
Pengumpulan data kuantitatif ditujukan untuk membuktikan hipotesis, maka diperlukan instrument penelitian. Instrumen tersebut harus terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya. Setelah terbukti valid dan reliable, maka instrument tersebut selanjutnya digunakan untuk pengumpulan data. Langkah selanjutnya adalah analisis data kuantitatif. Analisis tersebut ditujukan untuk membuktikan hipotesis yang ditemukan dari penelitian kualitatif (Sugiyono, 2013: 487).
Setelah pengumpulan data dan analisis data pada metode kualitatif dan kuantitatif selesai, tahap selanjutnya adalah membandingkan data kualitatif dan kuantitatif, dimana data kualitatif hasil penelitian kualitatif dilakukan pada tahap pertama dan data kuantitatif hasil penelitian kuantitatif dilakukan pada tahap kedua. Melalui analisis data ini akan dapat diperoleh informasi apakah kedua data saling melengkapi, memperluas, memperdalam atau malah bertentangan.
3)      Sequential Transformative Strategy
Model ini dilakukan dengan dipandu oleh teori lensa (gender, ras, ilmu social) pada setiap prosedur penelitiannya. Teori lensa dikemukakan pada bagian pendahuluan proposal penelitian untuk memandu dirumuskannya pertanyaan penelitian untuk menggali masalah. Tahap pertama adalah pengumpulan data dan analisis data metode kuantitatif atau kualitatif dan dilanjutkan pada tahap berikutnya dengan pengumpulan data dan analisis data dengan metode kualitatif atau kuantitatif. (Sugiyono, 2013: 411)
4)      Concurrent Triangulation Strategy (Campuran Kualitatif dan Kuantitatif secara Berimbang)
Metode kombinasi model concurrent triangulation merupakan metode penelitian yang menggabungkan antara metode penelitian kualitatif dan kuantitatif secara seimbang. Fokus penggabungan lebih pada teknik pengumpulan data dan analisis data.
Dalam model ini pengumpulan data dan analisis dilakukan untuk menjawab rumusan masalah dengan menggunakan dua metode sekaligus. Setelah data terkumpul dan telah dianalisis menggunakan dua metode tersebut, selanjutnya dapat dibuat kesimpulan apakah kedua data (kuantitatif dan kualitatif) saling  memperkuat, memperlemah, atau bertentangan (Sugiyono, 2013: 499).
5)      Concurrent Embedded Strategy (Campuran Penguatan/Metode Kedua Memperkuat Metode Pertama)
Dalam model Concurrent Embedded ini terdapat dua model penggabungan metode. Pertama, kualitatif dan kuantitatif, dimana kualitatif menjadi metode primer dan kuantitatif menjadi metode sekunder. Kedua, kualitatif dan kuantitatif, dimana yang menjadi metode primer adalah kuantitatif dan metode sekundernya adalah kualitatif.
Pada medel ini, peneliti dapat mengumpulkan data dua macam yaitu kuantitatif dan kualitatif , atau sebaliknya. Pengumpulan data dilakukan dalam waktu yang bersamaan, dan bergantian dalam selang waktu yang tidak terlalu lama.Teknik pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan cara memberikan instrument yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya kepada sampel penelitian. Untuk melengkapi data kuantitatif tersebut, agar lebih luas, mendalam, dan bermakna, maka peneliti melakukan pengumpulan data kualitatif (Sugiyono, 2013: 558).
Setelah pengumpulan data, langkah selanjutnya adalah analisis data. Analisis data yang digunakan untuk metode kuantitatif adalah dengan statistic, sedangkan untuk metode kualitatif adalah analisis kualitatif. Sementara itu untuk data yang dikombinasikan dengan analisis statistic dan analisis kualitatif.
6)      Concurrent Transformative Strategy
Pada model concurrent transformative, peneliti juga dipandu dengan menggunakan teori perspektif. Pengumpulan data dan analisis data dilakukan pada satu tahap penelitian dan pada waktu yang sama untuk dua metode sekaligus. Penggabungan data dapat dilakukan dengan mencampur dengan bobot sama, menyambung, dan mencampur dengan bobot tidak sama.



Referensi
Creswell, John. 2015. Riset Pendidikan ( Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Riset Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:Alfabeta.

3 komentar:

  1. Trimakasih banyak ibu ayu, tulisannya sangat bermanfaat dan terbaru, saya ijin ngutip bu, Tuhan yesus memberkati ibu ayu. Aminn

    BalasHapus
  2. terimakasih banyak atas tulisannya ibu ayu, saya terbantu :)

    BalasHapus
  3. assalamualaikum terimkasih mbak ayu tentang penjelasan nya? tapi masih ada yang saya masih bingung... jenis penelitian kualitatif penelitiana yang tidak perlu perlakuan? dapat diamati melalui observasi yang nonsistematis atau yang tidak terstruktur ? pertanyaannya bagaimana kalau penelitian kualitatif itu tidak memakai triangulasi ? hanya observasi saja?

    BalasHapus