Laman

Senin, 19 Oktober 2015

Projek 3



Mata Kuliah: Metodologi Penelitian Pendidikan
 Dosen Pengampu: Dr. Heri Retnawati


UPAYA MENINGKATKAN KEDISIPLINAN, SELF-CONCEPT, DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PBL


KAJIAN PUSTAKA

   A.    Kedisiplinan
Menurut Subari (1994: 164) disiplin adalah penurutan terhadap suatu peraturan dengan kesadaran sendiri untuk terciptanya tujuan peraturan itu.. Prijodarminto (1994: 23) mengatakan bahwa disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian prilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban.. Sementara itu Arikunto (2004:114) berpendapat bahwa disiplin adalah kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya.
Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan adalah perilaku yang menunjukkan ketaatan, kepatuhan, dan atau ketertiban seseorang terhadap suatu peraturan dengan didorong kesadaran diri.
Menurut Lembaga Ketahanan Nasional (1997:15), disiplin dapat terjadi dengan cara:
1)      Disiplin tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan harus ditumbuhkan, dikembangkan dan diterapkan dalam semua aspek menerapkan sanksi serta dengan bentuk ganjaran dan hukuman.
2)      Disiplin seseorang adalah produk sosialisasi sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya, terutama lingkungan sosial. Oleh karena itu, pembentukan disiplin tunduk pada kaidah-kaidah proses belajar.
3)      Dalam membentuk disiplin, ada pihak yang memiliki kekuasaan lebih besar, sehingga mampu mempengaruhi tingkah laku pihak lain ke arah tingkah laku yang diinginkannya. Serbaliknya, pihak lain memiliki ketergantungan pada pihak pertama, sehingga ia bisa menerima apa yang diajarkan kepadanya.
Menurut Tu’u (2004: 48-49) mengatakan ada empat faktor dominan yang mempengaruhi dan membentuk disiplin yaitu:
1)      Kesadaran diri
2)      Pengikutan dan ketaatan
3)      Alat pendidikan
4)      Hukuman
5)      Teladan
6)      Lingkungan berdisiplin
7)      Latihan berdisiplin

   B.     Self-Concept
Carl R. Rogers dalam (Burns 1979:39) self-concept merupakan suatu bentuk atau susunan yang teratur tentang persepsi-persepsi diri. Sedangkan menurut Hurlock (1978:237), self-concept  merupakan gambaran seseorang dari siapa dan apa dirinya yang sebagian besar ditentukan oleh peran dan hubungan dengan orang lain, serta reaksi orang lain terhadap dirinya.
Hardjana (2003: 96) berpendapat bahwa self-concept adalah hasil dari bagaimana seseorang melihat, merasai, dan menginginkan dirinya. Sementara itu Rakhmat (2005: 99-100) mengatakan bahwa konsep diri merupakan pandangan dan perasaan seseorang tentang dirinya yang mencakup aspek psikologis, fisik, dan sosial.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa self-concept merupakan pandangan dan perasaan seseorang mengenai persepsi-persepsi diri.

   C.    Pemecahan Masalah
Polya (1985) mengartikan pemecahan masalah sebagai suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak begitu segera dapat dicapai. Sedangkan Krulik dan Rudnik (1995: 4) mengemukakan bahwa pemecahan masalah merupakan proses di mana individu menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman yang telah diperoleh untuk penyelesaian masalah pada situasi yang tidak dikenalnya.
National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) menetapkan pemecahan masalah sebagai salah satu dari lima standar proses matematika sekolah. Oleh karena itu pemecahan masalah termasuk dalam salah satu tujuan utama pendidikan matematika. NCTM menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan fokus dari pembelajaran matematika, karena pemecahan masalah merupakan sarana mempelajari ide dan keterampilan matematika (Van de Walle, 2008: 4). Menurut Sumarmo (1994) mengartikan pemecahan masalah matematika sekolah sebagai kegiatan menyelesaikan soal cerita, menyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari atau keadaan lain, dan membuktikan atau menciptakan atau menguji konjektur.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah merupakan suatu potensi dalam usaha mencari jalan keluar dengan menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman yang telah diperoleh untuk menemukan solusi dari suatu masalah belum dikenalnya. Pemecahan masalah merupakan bagian penting dalam pembelajaran matematika di sekolah. Kegiatan siswa dalam pemecahan masalah antara lain siswa menyelesaikan soal cerita dan mengaplikasikan matematika dalam kehidupan mereka sehari-hari.

   D.    Model Pembelajaran PBL
Problem based learning (PBL) merupakan pembelajaran berdasarkan masalah, telah dikenal sejak zaman Jonh Dewey. Dewey mendeskripsikan pandangan tentang pendidikan dengan sekolah sebagai cermin masyarakat yang lebih besar dan kelas akan menjadi laboratorium untuk penyelidikan dan penuntasan masalah kehidupan nyata (Arends, 2008:46).
Arends (dalam Trianto, 2007: 68) mengungkapkan bahwa PBL merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan kepercayaan diri.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran PBL adalah sutau model pembelajaran yang berbasis masalah dimana siswa menyelesaikan permasalahan melalui keterampilan berpikir, kemandirian, dan kepercayaan diri.
Menurut Arends (2008:57), Sintaks untuk model Problem Based Learning (PBL) dapat disajikan pada Tabel berikut:
Tabel Sintaks Model Pembelajaran Problem Based Learning
No
Sintaks
Fase
Deskripsi (Peran Guru)
1.











Melaksanakan
Perencanaan
1.   Penetapan Tujuan
2.   Merancang Situasi Masalah
3.   Organisasi Sumber Daya dan Rencana Logistik
1.1 Penetapan tujuan pembelajaran khusus untuk pembelajaran Problem Based  Learning merupakan  salah  satu  diantara tiga pertimbangan penting perencanaan. Sebelumnya problem based learning dirancang untuk membantu mencapai tujuan-tujuan yaitu meningkatkan keterampilan intelektual dan investigasi, memahami peran orang dewasa, dan  membantu  peserta didik untuk menjadi mandiri. Akan tetapi   kemungkinan yang lebih besar adalah guru hanya akan menekankan pada satu atau dua tujuan pembelajaran tertentu.
2.1  Problem based learning didasarkan pada anggapan dasar bahwa situasi bermasalah yang penuh teka teki dan masalah yang tidak terdefinisikan secara  ketat  akan  merangsang  rasa  ingin  tahu  peserta didik hingga membuat mereka tertarik untuk menyelidiki.
3.1  Problem based learning mendorong   peserta didik untuk bekerja dengan  berbagai bahan danalat, beberapa di  antaranya  dilakukan  di dalam   kelas, yang lainnya di perpustakaan  atau   laboratorium komputer,  sementara  yang lainnya berada  di  luar  sekolah. Untuk pekerjaan yang berada di luar sekolah mendatangkan  masalah  khusus bagi  guru. Oleh karena itu tugas mengorganisasikan sumber daya dan merencanakan kebutuhan untuk  penyelidikan  peserta  didik,  haruslah menjadi tugas perencanaan  yang utama bagi guru.
2










Melaksanakan
Pembelajaran
1.  Memberikan orientasi pada siswa
2.  Mengorganisasi siswa untuk belajar
3.  Membimbing Penyelidikan individu maupun kelompok
4.  Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
5.  Mengembangkan dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
1.1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,menjelaskan logistik    yang dibutuhkan, memotivasi   siswa   terlibat   pada   aktivasi pemecahan masalah yang dipilihnya.
2.1  Guru membantu peserta didik mendefinisikanda mengorganisasikan  tugas  belajar   yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3.1  Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan infomasi yang sesuai melaksanakan eksprimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
4.1  Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
5.1  Guru    membantu    peserta    didik    untuk melakukan  refleksi  atau  evaluasi  terhadap penyelidikan   mereka   dan   proses-proses yang mereka gunakan.

Berikut ini merupakan keunggulan model pembelajaran PBL menurut  Sanjaya (2006:220) yaitu:
1.      Pemecahan masalah merupakan teknik yang bagus untuk memahami isi pembelajaran.
2.      Pemecahan masalah dapat merangsang kemampuan  peserta didik  untuk menemukan pengetahuan baru bagi mereka.
3.      Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik.
4.      Pemecahan masalah dapat membantu  peserta didik  untuk menerapkan pengetahuan mereka dalam kehidupan sehari-hari.
5.      Pemecahan masalah dapat membantu  peserta didik  mengembangkan pengetahuannya serta dapat digunakan sebagai evaluasi diri terhadap hasil maupun proses belajar.
6.      Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk berlatih berfikir dalam menghadapi sesuatu.
7.      Pemecahan masalah dianggap menyenangkan dan lebih digemari peserta didik.
8.      Pemecahan masalah mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kemampuan menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
9.      Pemecahan masalah memberi  kesempatan  peserta didik  untuk mengaplikasikan pengetauan mereka dalam kehidupan nyata.
10.  Pemecahan masalah mengembangkan minat belajar peserta didik.
Adapun kekurangan dari model pembelajaran PBL antara lain:
1.      Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
2.      Keberhasilan model pembelajaran PBL ini membutuhkan cukup waktu untuk persiapan dan pelaksanaannya.
3.      Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

KERANGKA PIKIR




VARIABEL PENELITIAN

A.    Jenis-jenis Variabel
Dalam penelitian ini terdapat variabel bebas dan variabel terikat.
1.      Variabel bebas
Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah model pembelajaran PBL.
2.      Variabel terikat
Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah kedisiplinan, self-concept, dan kemampuan pemecahan masalah.
B.     Hubungan antar variabel
Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat yaitu hubungan sebab akibat antara: Model pembelajaran PBL dengan kedisiplinan, self-concept, dan kemampuan pemecahan masalah.
INDIKATOR VARIABEL PENELITIAN
1.      Indikator Kedisiplinan Siswa
Menurut Arikunto (1990:137) dalam penelitian mengenai kedisiplinannya
membagi tiga macam indikator kedisiplinan, yaitu:
  1.  Perilaku kedisiplinan di dalam kelas
  2. Perilaku kedisiplinan di luar kelas dan lingkungan sekolah
  3. Perilaku kedisiplinan di rumah
Tu’u (2004:91) dalam penelitian mengenai disiplin sekolah mengemukakan bahwa indikator yang menunjukan pergeseran/perubahan hasil belajar siswa sebagai kontribusi mengikuti dan menaati peraturan sekolah adalah meliputi:
  1. Dapat mengatur waktu belajar di rumah
  2. Rajin dan teratur belajar
  3. Perhatian yang baik saat belajar di kelas
  4. Ketertiban diri saat belajar di kelas

2.      Indikator Self-Concept
Menurut pendapat Alex Sobur, ada 5 aspek indikator yang dapat dilihat dalam self-concept:
a)      Konsep diri fisik, Pandangan seorang individu tentang dirinya secara fisik, baik itu tubuh dan semua aktivitas biologis yang berlangsung di dalamnya.
b)      Konsep diri sebagai proses, suatu aliran akal pikiran, emosi, dan prilaku kita yang konstan.

3.      Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
Berikut ini beberapa indikator kemampuan pemecahan masalah matematika menurut NCTM (1989: 209):
1.   mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan;
2.   merumuskan masalah matematik atau menyusun model matematik;
3.   menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah (sejenis dan masalah baru) dalam atau di luar matematika;
4.   menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal;
5.   menggunakan matematika secara bermakna.



REFERENSI
Arends, Richard. (2008).  Learning to Teach. Penerjemah: Helly Prajitno & Sri Mulyani. New York: McGraw Hill Company.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Hardjana, Agus M. 2007. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius.
Prijodarminto, Soegeng. 1994. Disiplin Kiat Menuju Sukses, Jakarta: Pradnya Paramita.
Rakhmat, Jalaludin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Subari. 1994. Supervisi Pendidikan dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Trianto.2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Tu’u, Tulus. (2004). Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo.





0 komentar:

Posting Komentar