Mata Kuliah: Metodologi Penelitian Pendidikan
Dosen Pengampu: Dr. Heri Retnawati
UPAYA MENINGKATKAN KEDISIPLINAN,
SELF-CONCEPT, DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN PBL
KAJIAN PUSTAKA
A.
Kedisiplinan
Menurut
Subari (1994: 164) disiplin adalah penurutan terhadap suatu peraturan dengan
kesadaran sendiri untuk terciptanya tujuan peraturan itu.. Prijodarminto
(1994: 23) mengatakan bahwa disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan
terbentuk melalui proses dari serangkaian prilaku yang menunjukkan nilai-nilai
ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban.. Sementara itu Arikunto (2004:114) berpendapat bahwa disiplin
adalah kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib didorong
oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya.
Berdasarkan
beberapa penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan adalah perilaku
yang menunjukkan ketaatan, kepatuhan, dan atau ketertiban seseorang terhadap
suatu peraturan dengan didorong kesadaran diri.
Menurut Lembaga Ketahanan Nasional (1997:15), disiplin dapat
terjadi dengan cara:
1) Disiplin tidak terjadi dengan sendirinya,
melainkan harus ditumbuhkan, dikembangkan dan diterapkan dalam semua aspek
menerapkan sanksi serta dengan bentuk ganjaran dan hukuman.
2) Disiplin seseorang adalah produk
sosialisasi sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya, terutama lingkungan
sosial. Oleh karena itu, pembentukan disiplin tunduk pada kaidah-kaidah proses
belajar.
3) Dalam membentuk disiplin, ada pihak yang
memiliki kekuasaan lebih besar, sehingga mampu mempengaruhi tingkah laku pihak
lain ke arah tingkah laku yang diinginkannya. Serbaliknya, pihak lain memiliki
ketergantungan pada pihak pertama, sehingga ia bisa menerima apa yang diajarkan
kepadanya.
Menurut Tu’u (2004:
48-49)
mengatakan ada empat
faktor dominan yang mempengaruhi dan membentuk disiplin yaitu:
1) Kesadaran diri
2) Pengikutan dan ketaatan
3) Alat pendidikan
4) Hukuman
5) Teladan
6) Lingkungan berdisiplin
7) Latihan berdisiplin
B. Self-Concept
Carl R. Rogers dalam (Burns
1979:39) self-concept merupakan suatu bentuk atau susunan yang teratur
tentang persepsi-persepsi diri. Sedangkan
menurut Hurlock
(1978:237), self-concept merupakan gambaran
seseorang dari siapa dan apa dirinya yang sebagian besar ditentukan oleh peran
dan hubungan dengan orang lain, serta reaksi orang lain terhadap dirinya.
Hardjana (2003: 96) berpendapat bahwa self-concept adalah hasil dari bagaimana seseorang melihat,
merasai, dan menginginkan dirinya. Sementara itu Rakhmat (2005: 99-100)
mengatakan bahwa konsep diri merupakan pandangan dan perasaan seseorang tentang
dirinya yang mencakup aspek psikologis, fisik, dan sosial.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa self-concept merupakan
pandangan dan perasaan seseorang mengenai persepsi-persepsi diri.
C. Pemecahan Masalah
Polya (1985) mengartikan pemecahan masalah sebagai suatu
usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang
tidak begitu segera dapat dicapai. Sedangkan Krulik dan Rudnik (1995: 4)
mengemukakan bahwa pemecahan masalah merupakan proses di mana individu
menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman yang telah diperoleh untuk
penyelesaian masalah pada situasi yang tidak dikenalnya.
National
Council of Teachers of Mathematics (NCTM)
menetapkan pemecahan masalah sebagai salah satu dari lima standar proses
matematika sekolah. Oleh karena itu pemecahan masalah termasuk dalam salah satu
tujuan utama pendidikan matematika. NCTM menyatakan bahwa pemecahan masalah
merupakan fokus dari pembelajaran matematika, karena pemecahan masalah
merupakan sarana mempelajari ide dan keterampilan matematika (Van de Walle,
2008: 4). Menurut Sumarmo (1994) mengartikan
pemecahan masalah matematika sekolah sebagai kegiatan menyelesaikan soal
cerita, menyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan matematika dalam
kehidupan sehari-hari atau keadaan lain, dan membuktikan atau menciptakan atau
menguji konjektur.
Berdasarkan
pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan
masalah merupakan suatu potensi dalam usaha mencari jalan keluar dengan
menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman yang telah diperoleh untuk
menemukan solusi dari suatu masalah belum dikenalnya. Pemecahan masalah
merupakan bagian penting dalam pembelajaran matematika di sekolah. Kegiatan
siswa dalam pemecahan masalah antara lain siswa menyelesaikan soal cerita dan
mengaplikasikan matematika dalam kehidupan mereka sehari-hari.
D.
Model Pembelajaran PBL
Problem
based learning (PBL) merupakan
pembelajaran berdasarkan masalah, telah dikenal sejak zaman Jonh Dewey.
Dewey mendeskripsikan pandangan tentang pendidikan dengan sekolah sebagai
cermin masyarakat yang lebih besar dan kelas akan menjadi laboratorium untuk
penyelidikan dan penuntasan masalah kehidupan nyata (Arends, 2008:46).
Arends
(dalam Trianto, 2007: 68) mengungkapkan bahwa PBL merupakan suatu pendekatan
dalam pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan
maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan
keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan
kepercayaan diri.
Berdasarkan
pengertian-pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
PBL adalah sutau model pembelajaran yang berbasis masalah dimana siswa
menyelesaikan permasalahan melalui keterampilan berpikir, kemandirian, dan
kepercayaan diri.
Menurut Arends (2008:57), Sintaks untuk
model Problem Based Learning (PBL)
dapat disajikan pada Tabel berikut:
Tabel Sintaks
Model Pembelajaran Problem Based Learning
No
|
Sintaks
|
Fase
|
Deskripsi (Peran Guru)
|
1.
|
Melaksanakan
Perencanaan
|
1.
Penetapan Tujuan
2.
Merancang Situasi
Masalah
3.
Organisasi Sumber Daya
dan Rencana Logistik
|
1.1 Penetapan tujuan pembelajaran khusus untuk pembelajaran Problem Based Learning merupakan salah
satu diantara tiga pertimbangan
penting perencanaan. Sebelumnya problem based learning dirancang untuk
membantu mencapai tujuan-tujuan yaitu meningkatkan keterampilan intelektual
dan investigasi, memahami peran orang dewasa, dan membantu
peserta didik untuk menjadi mandiri. Akan tetapi kemungkinan yang lebih besar adalah guru
hanya akan menekankan pada satu atau dua tujuan pembelajaran tertentu.
2.1 Problem based learning
didasarkan pada anggapan dasar bahwa situasi bermasalah yang penuh teka teki
dan masalah yang tidak terdefinisikan secara
ketat akan merangsang
rasa ingin tahu
peserta didik hingga membuat mereka tertarik untuk menyelidiki.
3.1 Problem based learning mendorong peserta didik untuk bekerja dengan berbagai bahan danalat, beberapa di antaranya
dilakukan di dalam kelas, yang lainnya di perpustakaan atau
laboratorium komputer,
sementara yang lainnya
berada di luar
sekolah. Untuk pekerjaan yang berada di luar sekolah mendatangkan masalah
khusus bagi guru. Oleh karena
itu tugas mengorganisasikan sumber daya dan merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan peserta
didik, haruslah menjadi tugas
perencanaan yang utama bagi guru.
|
2
|
Melaksanakan
Pembelajaran
|
1.
Memberikan orientasi pada siswa
2.
Mengorganisasi siswa untuk belajar
3.
Membimbing Penyelidikan individu maupun kelompok
4. Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya
5.
Mengembangkan dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
|
1.1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa
terlibat pada aktivasi pemecahan masalah yang
dipilihnya.
2.1 Guru membantu peserta didik mendefinisikanda mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut.
3.1 Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan infomasi yang
sesuai melaksanakan eksprimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah.
4.1 Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan
karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk
berbagi tugas dengan temannya.
5.1 Guru membantu peserta
didik untuk melakukan refleksi
atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka
dan proses-proses yang mereka
gunakan.
|
Berikut ini merupakan keunggulan model
pembelajaran PBL menurut Sanjaya
(2006:220) yaitu:
1.
Pemecahan masalah
merupakan teknik yang bagus untuk memahami isi pembelajaran.
2.
Pemecahan masalah dapat
merangsang kemampuan peserta didik untuk menemukan pengetahuan baru bagi mereka.
3.
Pemecahan masalah dapat
meningkatkan aktivitas belajar peserta didik.
4.
Pemecahan masalah dapat
membantu peserta didik untuk menerapkan pengetahuan mereka dalam
kehidupan sehari-hari.
5.
Pemecahan masalah dapat
membantu peserta didik mengembangkan pengetahuannya serta dapat
digunakan sebagai evaluasi diri terhadap hasil maupun proses belajar.
6.
Pemecahan masalah dapat
membantu peserta didik untuk berlatih berfikir dalam menghadapi sesuatu.
7.
Pemecahan masalah
dianggap menyenangkan dan lebih digemari peserta didik.
8.
Pemecahan masalah
mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kemampuan menyesuaikan dengan
pengetahuan baru.
9.
Pemecahan masalah
memberi kesempatan peserta didik
untuk mengaplikasikan pengetauan mereka dalam kehidupan nyata.
10. Pemecahan masalah mengembangkan minat belajar peserta
didik.
Adapun kekurangan dari model pembelajaran PBL antara
lain:
1.
Manakala siswa
tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang
dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk
mencoba.
2.
Keberhasilan
model pembelajaran PBL ini membutuhkan
cukup waktu untuk persiapan dan pelaksanaannya.
3.
Tanpa pemahaman
mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka
mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
KERANGKA PIKIR
VARIABEL PENELITIAN
A.
Jenis-jenis Variabel
Dalam penelitian ini terdapat
variabel bebas dan variabel terikat.
1.
Variabel bebas
Dalam
penelitian ini variabel bebasnya adalah model pembelajaran PBL.
2. Variabel
terikat
Dalam penelitian
ini variabel terikatnya adalah kedisiplinan, self-concept, dan kemampuan pemecahan masalah.
B.
Hubungan antar variabel
Hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat yaitu hubungan sebab akibat antara: Model pembelajaran PBL
dengan kedisiplinan, self-concept,
dan kemampuan pemecahan masalah.
INDIKATOR VARIABEL PENELITIAN
1. Indikator Kedisiplinan Siswa
Menurut Arikunto (1990:137) dalam penelitian mengenai
kedisiplinannya
membagi tiga macam indikator kedisiplinan, yaitu:
membagi tiga macam indikator kedisiplinan, yaitu:
- Perilaku kedisiplinan di dalam kelas
- Perilaku kedisiplinan di luar kelas dan lingkungan sekolah
- Perilaku kedisiplinan di rumah
Tu’u (2004:91) dalam penelitian mengenai disiplin sekolah
mengemukakan bahwa indikator yang menunjukan pergeseran/perubahan hasil belajar
siswa sebagai kontribusi mengikuti dan menaati peraturan sekolah adalah
meliputi:
- Dapat mengatur waktu belajar di rumah
- Rajin dan teratur belajar
- Perhatian yang baik saat belajar di kelas
- Ketertiban diri saat belajar di kelas
2.
Indikator Self-Concept
Menurut pendapat Alex Sobur, ada 5 aspek indikator yang
dapat dilihat dalam self-concept:
a)
Konsep diri fisik,
Pandangan seorang individu tentang dirinya secara fisik, baik itu tubuh dan
semua aktivitas biologis yang berlangsung di dalamnya.
b)
Konsep diri sebagai
proses, suatu aliran akal pikiran, emosi, dan prilaku kita yang konstan.
3.
Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
Berikut ini beberapa indikator kemampuan pemecahan masalah
matematika menurut NCTM (1989: 209):
1.
mengidentifikasi
unsur-unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan unsur yang
diperlukan;
2.
merumuskan masalah
matematik atau menyusun model matematik;
3.
menerapkan strategi
untuk menyelesaikan berbagai masalah (sejenis dan masalah baru) dalam atau di
luar matematika;
4.
menjelaskan atau
menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal;
5.
menggunakan matematika
secara bermakna.
REFERENSI
Arends, Richard.
(2008). Learning to Teach. Penerjemah: Helly Prajitno & Sri Mulyani.
New York: McGraw Hill Company.
Arikunto,
Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta
Hardjana, Agus M. 2007. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal.
Yogyakarta: Kanisius.
Prijodarminto,
Soegeng. 1994. Disiplin Kiat Menuju Sukses, Jakarta: Pradnya Paramita.
Rakhmat, Jalaludin. 2007. Psikologi
Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Subari. 1994. Supervisi
Pendidikan dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Trianto.2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam
Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Tu’u,
Tulus. (2004). Peran Disiplin Pada
Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo.
0 komentar:
Posting Komentar