Mata Kuliah: Metodologi Penelitian Pendidikan
Dosen Pengampu: Dr. Heri Retnawati
ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI
MATEMATIS SISWA DAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA PADA MATERI ALJABAR
KAJIAN PUSTAKA
A. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Menurut The Intended Learning Outcomes (dalam Armiati,
2009), komunikasi matematis adalah suatu keterampilan penting dalam matematika
yaitu kemampuan untuk mengekspresikan ide-ide matematika secara koheren kepada
teman, guru dan lainnya melalui bahasa lisan dan tulisan. Menurut National
Council of Teachers of Mathematics (2000:348) kemampuan komunikasi
matematis dapat dilihat ketika siswa menganalisis dan menilai pemikiran dan
strategi matematis orang lain dan menggunakan bahasa matematika untuk
menyatakan ide matematika dengan tepat.
Alasan untuk fokus pada komunikasi matematis menurut Baroody (Chap
Sam dan Cheng Meng, 2007) yaitu: (1) matematika merupakan bahasa yang esensial
bagi matematika itu sendiri. Matematika tidak hanya sebagai alat berpikir yang
membantu siswa untuk mengembangkan pola, menyelesaikan masalah dan memberikan
kesimpulan, tetapi juga sebagai alat untuk mengkomunikasikan pikiran,
memvariasikan ide secara jelas, tepat dan singkat; (2) belajar dan mengajar
matematika merupakan suatu aktifitas sosial yang melibatkan sekurangnya dua
pihak yaitu guru dan siswa.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa merupakan suatu
keterampilan untuk mengkomunikasikan dan memvariasi ide terkait matematika
secara jelas, tepat, dan singkat kepada teman, guru, atau yang lain.
B. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
B. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Berpikir tingkat tinggi dianggap bersumber dari Taksonomi Bloom,
yang mengatakan bahwa beberapa jenis pembelajaran memerlukan proses kognisi
yang lebih daripada yang lain, tetapi memiliki manfaat- manfaat lebih umum.
Dalam Taksonomi Bloom sebagai contoh, kemampuan melibatkan analisis, evaluasi
dan mengkreasi dianggap berpikir tingkat tinggi (Pohl, 2000).
Menurut Heong, dkk (2011) kemampuan berpikir tingkat tinggi
didefinisikan sebagai penggunaan pikiran secara luas untuk menemukan tantangan
baru. Kemampuan berpikir tingkat tinggi ini mengkehendaki seseorang untuk
menerapkan informasi baru atau pengetahuan sebelumnya dan memanipulasi
informasi untuk menjangkau kemungkinan jawaban dalam situasi yang baru.
Berpikir tingkat tinggi adalah berpikir pada tingkat lebih tinggi dari pada
sekedar menghafal fakta atau mengatakan sesuatu kepada seseorang persis seperti
sesuatu itu disampaikan kepada kita. Corebina, dkk., dalam Kawuwung (2011:158)
mengatakan bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat diketahui dari
kemampuan kognitif siswa pada tingkatan analisis, sintesis, dan evaluasi.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi dengan hasil belajar kognitif sangat
berkaitan dengan kemampuan awal siswa.
Dari beberapa pendapat tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah suatu potensi dalam
penggunaan pikiran dengan mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang
telah tersimpan dalam ingatan untuk menjangkau kemungkinan penyelesaian dari
situasi yang sulit terpecahkan. Kemampuan berpikir tingkat tinggi melibatkan
analisis, sintesis, dan evaluasi.
C. Soal PISA
Menurut Agustin (2013), PISA adalah studi literasi yang bertujuan
untuk meneliti secara berkala tentang kemampuan siswa usia 15 tahun (kelas III
SMP dan Kelas I SMA) dalam membaca (reading literacy), matematika (mathematics
literacy), dan sains (scientific literacy). Adapun keterlibatan
Indonesia dalam PISA adalah dalam upaya mengetahui sejauh mana perkembangan pendidikan
di Indonesia dibanding negara-negara lain di dunia. Sehingga harapannya adalah
anak-anak Indonesia kelak dapat bersaing dengan anak-anak dari negara-negara
lain di dunia.
Menurut Wardhani (2005), soal-soal PISA
sangat menuntut kemampuan penalaran dan pemecahan masalah. Seorang siswa
dikatakan mampu menyelesaikan masalah apabila ia dapat menerapkan pengetahuan
yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal.
KERANGKA PIKIR
VARIABEL
PENELITIAN
A. Jenis-jenis
Variabel
Dalam penelitian ini terdapat
variabel bebas dan variabel terikat.
1. Variabel
bebas
Dalam
penelitian ini variabel bebasnya adalah Soal PISA.
2.
Variabel terikat
Dalam
penelitian ini variabel terikatnya adalah Kemampuan Komunikasi Matematis dan Kemampuan berpikir
tingkat tinggi.
B. Hubungan
antar variabel
Hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat yaitu hubungan sebab akibat antara soal PISA dengan kemampuan
komunikasi matematis dan hubungan sebab akibat soal PISA dengan kemampuan
berpikir tingkat tinggi.
INDIKATOR
VARIABEL PENELITIAN
A.
Indikator Kemampuan Komunikasi
Matematis
Menurut
NCTM (2000) indikator komunikasi matematis siswa dapat dilihat dari:
- kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan, dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual;
- kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematis baik secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk visual lainnya;
- kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi
matematika dan strukturstrukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan
hubungan-hubungan
dengan model-model situasi.
Sedangkan
menurut Sumarno (2004) indikator yang menunjukkan kemampuan komunikasi matematika adalah:
- menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika;
-
menjelaskan ide, situasi dan relasi matematik, secara lisan atau
tulisan dengan benda
nyata, gambar, grafik dan aljabar; - menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau symbol matematik;
- mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika;
- membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis.
B.
Indikator Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Menurut Krathwohl
(2002) dalam A
revision of Bloom’s Taxonomy, menyatakan bahwa indikator yang digunakan
dalam mengukur kemampuan berpikir
tingkat tinggi meliputi:
1.
Menganalisis
a. Menganalisis
informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi kedalam
bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya.
b. Mampu
mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang
rumit.
c. Mengidentifikasi/merumuskan
pertanyaan.
2.
Mengevaluasi
a. Memberikan
penilaian terhadap solusi, gagasan, dan metodologi dengan menggunakan kriteria
yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas atau
manfaatnya.
b. Membuat
hipotesis, mengkritik dan melakukan pengujian.
c. Menerima
atau menolak suatu pernyataan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
3.
Mencipta
a. Membuat
generalisasi suatu ide atau cara pandang terhadap sesuatu.
b. Merancang
suatu cara untuk menyelesaikan masalah.
c. Mengorganisasikan
unsur-unsur atau bagian-bagian menjadi struktur baru yang belum pernah ada
sebelumnya.
Berikut tabel 2. Adalah level berpikir berdasarkan
taksonomi bloom.
REFERENSI
Armiati. 2009. Komunikasi Matematis
dan kecerdasan emosional. Seminar
nasional matematika dan pendidikan matematika. Universitas Negeri Yogyakarta
nasional matematika dan pendidikan matematika. Universitas Negeri Yogyakarta
Chap sam, LIM, Cheng Meng, CHEW. 2007. Mathematical
Communication in
Malaysian Billingual Classrooms. Paper to be presented at the 3 APEC-Tsukuba International Conference 9-14 2007 at Tokyo and Kanazawa: Japan.
Malaysian Billingual Classrooms. Paper to be presented at the 3 APEC-Tsukuba International Conference 9-14 2007 at Tokyo and Kanazawa: Japan.
Heong, Y. M.,Othman, W.D.,Md Yunos, J.,
Kiong, T.T., Hassan, R., & Mohamad, M.M. 2011.
Krathwohl, D.R. 2002. A revision of
Bloom’s Taxonomy: an overview – Theory Into
Practice, College of Education, The Ohio State University Pohl. 2000. Learning
to think, thinking to learn
Practice, College of Education, The Ohio State University Pohl. 2000. Learning
to think, thinking to learn
The Level of Marzano Higher Order
Thinking Skills Among Technical Education Students . International Journal
of Social and humanity, Vol. 1,No. 2, July 2011, 121-125
Herman, T. 2007.”Pembelajaran Berbasis
Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa
Sekolah Menengah Pertama”. Jurnal Educationist. 47-56
Kawuwung, F. 2011.”Profil Guru,
Pemahaman Kooperatif NHT, dan
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Di SMP Kabupaten Minahasa Utara”. Jurnal El-hayah Vol. 1,No.4 Maret 2012
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Di SMP Kabupaten Minahasa Utara”. Jurnal El-hayah Vol. 1,No.4 Maret 2012
National Council of Teachers of
Mathematics (NCTM). 2000. Principles and Standard
for School mathematics. Virginia: NCTM inc.
for School mathematics. Virginia: NCTM inc.
Pohl . 2000. Learning to
Think, Thinking to Learn: tersedia di www.purdue.edu/geri
Sumarmo, U. (2004). Pembelajaran
Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Makalah disajikan pada Pelatihan Guru Matematika di Jurusan
Matematika ITB. April 2004.
Berbasis Kompetensi. Makalah disajikan pada Pelatihan Guru Matematika di Jurusan
Matematika ITB. April 2004.
Wardhani, Sri. 2005. Pembelajaran dan Penilaian
Aspek Pemahaman Konse, Penalaran dan Komunikasi, Pemecahan Masalah. Jogjakarta:
Materi Pembinaan matematika SMP di Daerah Tahun 2005 (PPPG Matematika).
0 komentar:
Posting Komentar