Laman

Senin, 19 Oktober 2015

Projek 2



Mata Kuliah: Metodologi Penelitian Pendidikan
Dosen Pengampu: Dr. Heri Retnawati

  
ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA PADA MATERI ALJABAR

KAJIAN PUSTAKA

A.          Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Menurut The Intended Learning Outcomes (dalam Armiati, 2009), komunikasi matematis adalah suatu keterampilan penting dalam matematika yaitu kemampuan untuk mengekspresikan ide-ide matematika secara koheren kepada teman, guru dan lainnya melalui bahasa lisan dan tulisan. Menurut National Council of Teachers of Mathematics (2000:348) kemampuan komunikasi matematis dapat dilihat ketika siswa menganalisis dan menilai pemikiran dan strategi matematis orang lain dan menggunakan bahasa matematika untuk menyatakan ide matematika dengan tepat.
Alasan untuk fokus pada komunikasi matematis menurut Baroody (Chap Sam dan Cheng Meng, 2007) yaitu: (1) matematika merupakan bahasa yang esensial bagi matematika itu sendiri. Matematika tidak hanya sebagai alat berpikir yang membantu siswa untuk mengembangkan pola, menyelesaikan masalah dan memberikan kesimpulan, tetapi juga sebagai alat untuk mengkomunikasikan pikiran, memvariasikan ide secara jelas, tepat dan singkat; (2) belajar dan mengajar matematika merupakan suatu aktifitas sosial yang melibatkan sekurangnya dua pihak yaitu guru dan siswa.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa merupakan suatu keterampilan untuk mengkomunikasikan dan memvariasi ide terkait matematika secara jelas, tepat, dan singkat kepada teman, guru, atau yang lain. 

B.     Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Berpikir tingkat tinggi dianggap bersumber dari Taksonomi Bloom, yang mengatakan bahwa beberapa jenis pembelajaran memerlukan proses kognisi yang lebih daripada yang lain, tetapi memiliki manfaat- manfaat lebih umum. Dalam Taksonomi Bloom sebagai contoh, kemampuan melibatkan analisis, evaluasi dan mengkreasi dianggap berpikir tingkat tinggi (Pohl, 2000).
Menurut Heong, dkk (2011) kemampuan berpikir tingkat tinggi didefinisikan sebagai penggunaan pikiran secara luas untuk menemukan tantangan baru. Kemampuan berpikir tingkat tinggi ini mengkehendaki seseorang untuk menerapkan informasi baru atau pengetahuan sebelumnya dan memanipulasi informasi untuk menjangkau kemungkinan jawaban dalam situasi yang baru. Berpikir tingkat tinggi adalah berpikir pada tingkat lebih tinggi dari pada sekedar menghafal fakta atau mengatakan sesuatu kepada seseorang persis seperti sesuatu itu disampaikan kepada kita. Corebina, dkk., dalam Kawuwung (2011:158) mengatakan bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat diketahui dari kemampuan kognitif siswa pada tingkatan analisis, sintesis, dan evaluasi. Kemampuan berpikir tingkat tinggi dengan hasil belajar kognitif sangat berkaitan dengan kemampuan awal siswa.
Dari beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah suatu potensi dalam penggunaan pikiran dengan mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah tersimpan dalam ingatan untuk menjangkau kemungkinan penyelesaian dari situasi yang sulit terpecahkan. Kemampuan berpikir tingkat tinggi melibatkan analisis, sintesis, dan evaluasi.

C.    Soal PISA
Menurut Agustin (2013), PISA adalah studi literasi yang bertujuan untuk meneliti secara berkala tentang kemampuan siswa usia 15 tahun (kelas III SMP dan Kelas I SMA) dalam membaca (reading literacy), matematika (mathematics literacy), dan sains (scientific literacy). Adapun keterlibatan Indonesia dalam PISA adalah dalam upaya mengetahui sejauh mana perkembangan pendidikan di Indonesia dibanding negara-negara lain di dunia. Sehingga harapannya adalah anak-anak Indonesia kelak dapat bersaing dengan anak-anak dari negara-negara lain di dunia.
Menurut Wardhani (2005), soal-soal PISA sangat menuntut kemampuan penalaran dan pemecahan masalah. Seorang siswa dikatakan mampu menyelesaikan masalah apabila ia dapat menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal. 

KERANGKA PIKIR



VARIABEL PENELITIAN

A.    Jenis-jenis Variabel
Dalam penelitian ini terdapat variabel bebas dan variabel terikat.
1.      Variabel bebas
Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah Soal PISA.
2.      Variabel terikat 
     Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah Kemampuan Komunikasi Matematis dan Kemampuan berpikir tingkat tinggi.
B.     Hubungan antar variabel 
              Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat yaitu hubungan sebab akibat antara soal PISA dengan kemampuan komunikasi matematis dan hubungan sebab akibat soal PISA dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
INDIKATOR VARIABEL PENELITIAN
A.    Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis
     Menurut NCTM (2000) indikator komunikasi matematis siswa dapat dilihat dari:
  1. kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan, dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual;
  2. kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematis baik secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk visual lainnya;
  3. kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan strukturstrukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan-hubungan
    dengan model-model situasi.
     Sedangkan menurut Sumarno (2004) indikator yang menunjukkan kemampuan komunikasi matematika adalah:
  1. menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika;
  2. menjelaskan ide, situasi dan relasi matematik, secara lisan atau tulisan dengan benda
    nyata, gambar, grafik dan aljabar;
  3. menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau symbol matematik;
  4. mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika;
  5. membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis.
   B.     Indikator Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Menurut Krathwohl (2002) dalam A revision of Bloom’s Taxonomy, menyatakan bahwa indikator yang digunakan dalam mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi meliputi:
1.         Menganalisis
a.    Menganalisis informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi kedalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya.
b.    Mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit.
c.    Mengidentifikasi/merumuskan pertanyaan.
2.         Mengevaluasi
a. Memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, dan metodologi dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya.
b.    Membuat hipotesis, mengkritik dan melakukan pengujian.
c. Menerima atau menolak suatu pernyataan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
3.         Mencipta
a.    Membuat generalisasi suatu ide atau cara pandang terhadap sesuatu.
b.    Merancang suatu cara untuk menyelesaikan masalah.
c.    Mengorganisasikan unsur-unsur atau bagian-bagian menjadi struktur baru yang belum pernah ada sebelumnya.
Berikut tabel 2. Adalah level berpikir berdasarkan taksonomi bloom.


REFERENSI
Agustin, Emi Nur, dkk. 2013. Pembelajaran Matematika Realistik Berorientasi Programme For International Student Assessment (Pisa) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Sma. Seminar Nasional Evaluasi Pendidikan Tahun 2013. Program Pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas Negeri Semarang
Armiati. 2009. Komunikasi Matematis dan kecerdasan emosional. Seminar
nasional matematika dan pendidikan matematika. Universitas Negeri Yogyakarta
Chap sam, LIM, Cheng Meng, CHEW. 2007. Mathematical Communication in
Malaysian Billingual Classrooms. Paper to be presented at the 3 APEC-Tsukuba International Conference 9-14 2007 at Tokyo and Kanazawa: Japan.
Heong, Y. M.,Othman, W.D.,Md Yunos, J., Kiong, T.T., Hassan, R., & Mohamad, M.M. 2011.
Krathwohl, D.R. 2002. A revision of Bloom’s Taxonomy: an overview – Theory Into
Practice, College of Education, The Ohio State University Pohl. 2000. Learning
to think, thinking to learn
The Level of Marzano Higher Order Thinking Skills Among Technical Education Students . International Journal of Social and humanity, Vol. 1,No. 2, July 2011, 121-125
Herman, T. 2007.”Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama”. Jurnal Educationist. 47-56
Kawuwung, F. 2011.”Profil Guru, Pemahaman Kooperatif NHT, dan
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Di SMP Kabupaten Minahasa Utara”. Jurnal El-hayah Vol. 1,No.4 Maret 2012
National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). 2000. Principles and Standard
for School mathematics. Virginia: NCTM inc.
Pohl . 2000. Learning to Think, Thinking to Learn: tersedia di www.purdue.edu/geri
Sumarmo, U. (2004). Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Makalah disajikan pada Pelatihan Guru Matematika di Jurusan
Matematika ITB. April 2004.
Wardhani, Sri. 2005. Pembelajaran dan Penilaian Aspek Pemahaman Konse, Penalaran dan Komunikasi, Pemecahan Masalah. Jogjakarta: Materi Pembinaan matematika SMP di Daerah Tahun 2005 (PPPG Matematika).



0 komentar:

Posting Komentar