Laman

Jumat, 30 Oktober 2015

Membuktikan Validitas Instrumen

A.    Pendahuluan
          Menurut American Educational Research Association, American Psychological Association, and National Council on Measurement in Education (AERA, APA, and NCME) dalam Standards for Educational and Psychological Testing, validitas merujuk pada derajat dari fakta dan teori yang mendukung interpretasi skor tes, dan merupakan pertimbangan paling penting dalam pengembangan tes (1999).Menurut Arikunto (2013: 211) Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkaan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud dikenakannya tes tersebut (Azwar, 2007:175).
          Kerlinger (dalam Nazir, 2014:128) membagi validitas atas tiga jenis, yaitu validitas isi, validitas kriteria, dan validitas konstruk. Berikut ini penjelasan dari masing-masing jenis validitas.
     1.      Validitas Isi
Validitas isi suatu instrumen adalah sejauhmana butir-butir dalam instrumen itu mewakili komponen-komponen dalam keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur dan sejauh mana butir-butir itu mencerminkan ciri perilaku yang hendak diukur (Nunnally, 1978; Fernandes, 1984). Validitas isi mempersoalkan apakah isi dari suatu alat ukur (bahannya, topiknya, substansinya, cukup representatatif atau cukup merupakan sebuah sampling? (Kerlinger, 1973). Sementara itu menurut Retnawati (2015) validitas isi terkait dengan analisis rasional terhadap domain yang hendak diukur untuk mengetahui keterwakilan instrumen dengan kemampuan yang hendak diukur.
      2.      Validitas Kriteria
Validitas kriteria adalah validitas yang dilihat dengan membandingkan dengan suatu kriteria atau variabel yang diketahui atau yang dipercaya dapat digunakan untuk mengukur suatu atribut tertentu (Kerlinger dalam Nazir, 2014:128). Validitas berdasarkan kriteria dibedakan menjadi dua, yaitu validitas prediktif dan validitas konkuren.
Fernandes (1984) mengatakan validitas berdasarkan kriteria dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan sejauh mana tes memprediksi kemampuan peserta di masa mendatang (predictive validity) atau mengestimasi kemampuan dengan alat ukur lain dengan tenggang waktu yang hampir bersamaan (concurrent validity). Validitas konkuren mempunyai kemiripan dengan validitas prediktif. Pada metode konkuren, instrument pengukuran harus dierpiksa terlebih dahulu terhadap berbagai kriteria yang ada saat ini (Morissan, 2014:106).
Sebuah alat ukur dikatakan mempunyai validitas yang berhubungan dengan kriteria yang tinggi, jika alat ukur tersebut dapat menolong peliti dalam membuat keputusan yang tepat dalam menempatkan seseorang, baik dalam pekerjaan, tugas, dan sebagainya (Kerlinger dalam Nazir, 2014:128).
      3.      Validitas Konstruk
Menurut Morissan (2014: 107) Validitas konstruk adalah upaya menghubungkan suatu instrumen pengukuran dengan keseluruhan kerangka kerja teoretis untuk memastikan bahwa pengukuran yang dilakukan memliki hubungan logis dengan konsep lainnya yang ada dalam kerangka kerja teoretis bersangkutan. Validitas konstruk menunjukkan sejauhmana instrumen mengungkap suatu kemampuan atau konstruk teoretis tertentu yang hendak diukurnya (Nunnally, 1978, Fernandes, 1984).
Menutut Retnawati (2015) Prosedur validasi konstruk diawali dari suatu identifikasi dan batasan mengenai variabel yang hendak diukur dan dinyatakan dalam bentuk konstruk logis berdasarkan teori mengenai variabel tersebut. Dari teori ini ditarik suatu konskuensi praktis mengenai hasil pengukuran pada kondisi tertentu, dan konskuensi inilah yang akan diuji. Apabila hasilnya sesuai dengan harapan maka instrumen itu dianggap memiliki validitas konstruk yang baik.

B.     Pembuktian Validitas
Berikut ini akan dijelaskan cara membuktikan validitas isi, validitas kriteria, dan validitas konstruk.
      1.      Validitas Isi
Validitas isi dapat dibuktikan dengan expert judgment atau kesepakatan ahli untuk menilai isi dari instrument secara sistematis. Untuk mengetahui kesepakatan ini, dapat digunakan indeks validitas, diantaranya dengan indeks yang diusulkan oleh Aiken (1980; 1985). Indeks validitas butir yang diusulkan Aiken ini dirumuskan sebagai berikut:

dengan V adalah indeks validitas butir; s skor yang ditetapkan setiap rater dikurangi skor terendah dalam kategori yang dipakai (s = r – lo, dengan r = skor kategori pilihan rater dan lo skor terendah dalam kategori penyekoran); n banyaknya rater; dan c banyaknya kategori yang dapat dipilih rater. Berdasarkan pendapat tersebut, V merupakan indeks kesepakatan rater terhadap kesesuaian butir (atau sesuai tidaknya butir) dengan indikator yang ingin diukur menggunakan butir tersebut. Jika diterapkan untuk instrument pengukuran, menurut seorang rater maka n dapat diganti dengan m (banyaknya butir dalam satu instrumen). Indeks V ini nilainya berkisar diantara 0-1 (Retnawati, 2015).

      2.      Validitas Kriteria
Dalam pengujian validitas berdasar kriteria, bukti validitas suatu tes diperlihatkan oleh adanya hubungan skor pada tes yang bersangkutan dengan skor suatu kriteria. Sementara itu, untuk melihat hubungan tersebut maka perlu dilakukan analisis korelasioanl (Azwar, 2007: 176).
Menurut Azwar (2007: 176)Validitas prediktif dapat dilihat dari hasil analisis korelasional antara skor tes tersebut dengan skor performansi yang hendak diprediksikan. Skor performansi tersebut baru akan diperoleh setelah tenggang waktu tertentu. Sedangkan validitas konkuren dapat diperolah bersamaan dengan diperolehnya skor tes. Dengan demikian komputasi korelasi antara tes dan kriteria dapat lagsung dilakukan dan menghasilkan koefisien validitas konkuren. Jadi nampak perbedaan antara prosedur validasi prediktif dan validasi konkuren terletak pada masalah waktu diperolehnya data kriteria. (Azwar, 2007:176).

      3.      Validitas Konstruk
Dalam membuktikan validitas konstruk, diperlukan analisis statistika yang kompleks seperti prosedur analisis faktor. Apabila ditinjau dari penggunaannya, terdapat dua macam analisis faktor yaitu analisis faktor eksploratori (exploraty factor analysis, EFA) dan faktor analisis konfirmatori (confirmatory factor analysis, CFA).
Menurut Retnawati (2015) EFA digunakan ketika model pengukuran dari konstruk instrument masih dicari ataupun dilakukan eksplorasi. Namun pada CFA, ketika model pengukuran telah ada teorinya, konstruk instumen tersebut tinggal dibuktikan atau dikonfirmasi. Pada CFA, membuktikan validitas konstruk ini khususnya menggunakan model pengukuran (measurement model). Menurut Khumaidi, (2014) analisis dapat dilakukan dengan first order CFA, dan jika belum konklusif perlu dilakukan second order analysis.


REFERENSI
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Azwar, Saifuddin. 2007. Tes prestasi: Fungsi Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Morissan. 2014. Metode Penelitian Survei. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group
Nazir, Ph.d. 2014. Metode Penelitian. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
Retnawati, Heri. 2015. Membuktikan Validitas Instrumen dalam Pengukuran. http://www.evaluation-edu.com


2 komentar:

  1. Pada umumnya peneliti mengalami kebingungan pada saat akan melakukan validasi. Validasi apa yang harus dipenuhi dalam untuk menjamin instrumen yang dibuatnya. Mungkin jika dapat dipaparkan contoh kasus dan kemungkin validasi yang bisa digunakan akan sangat baik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ketika membuktikan validitas, yaitu pada validitas isi kita dapat menggunakan pendapat ahli, kemudian meminta ahli untuk menilai, dari penilai tersebut kita dapat membuat indeks aiken, trigory, clause, dan sebagainya. Namun yang paling popular adalah indeks aiken dikarenakan relatif lebih mudah. Sedangkan dalam pembuktian validitas konstruk yaitu analisis faktor ekploratori dan analis faktor aikon konfirmatori. Syarat minimal dalam pengerjaan tesis bagi kita mahasiswa S2, kita perlu membuktikan validitas konstruk dengan indeks ikon dan analisis faktor eksploratori. Namun untuk S3 dalam pengerjaan disertasi wajib membuktikan validitas konstruk dengan indeks Aiken dan analisis faktor konfirmatori. Kita perlu menemui ahli dahulu agar bisa mengestimasi dengan indeks aiken, namun harus memilih ahli yang benar-benar kompeten. Kita tidak boleh hanya meminta teman guru karena sudah mengenalnya. Jika kita memilih dosen, maka dosen tersebut harus sudah divalidasi, sementara jika kita memilih guru maka harus lah guru yang jam terbangnya tinggi dan mempunyai kinerja yang baik.

      Hapus