Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu Pertemuan ke-1
Oleh: Ayu Arfiana
Pada hari Selasa, 8 September 2015 bertempat di gedung lama
Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta ruang 305 B, kami mahasiswa
Pendidikan Matematika angkatan 2015 kelas A mengikuti perkuliahan perdana mata kuliah
Filsafat Ilmu. Mata kuliah ini diampu oleh seorang dosen yang sangat
menginspirasi yaitu Bapak Prof. Dr. Marsigit, M.A.
Dalam perkuliahan tersebut beliau menjelaskan bahwa filsafat
adalah pola pikir, meliputi sumber-sumber yang dipikir, pembenaran, cakupan,
logika, metodologi, estetika, menurut siapa, terjadi dimana, dan kapan
terjadinya. Filsafat terdiri atas tiga aspek, yaitu ontologi (hakekat),
epistomologi (metodologi), dan estetika (kepantasan). Dalam hal ini filsafat
ilmu sebetunya lebih condong kepada aspek epistomologi, namun tiada bisa satu
aspek dipisahkan dengan aspek lainnya. Sehingga jika mempelajari salah satu
aspek, maka dengan sendirinya mempelajari aspek lainnya.
Adapun tata cara dalam mempelajari filsafat menurut beliau
terdiri dari dua hal, yaitu hard (perangkat
keras) dan soft (perangkat lunak).
Perangkat keras menjadi dasar, dan perangkat lunak jika diperlunak lagi makan
menjadi spiritual. Belajar filsafat ilmu merentang dari sesuatu yang hard menuju soft. Jika hard diletakkan
pada bagian paling bawah, maka soft menempati
posisi tertinggi. Karena sesungguhnya setinggi-tingginya ilmu adalah
spiritualitas.
Beliau telah menjelaskan di bagian awal bahwa filsafat
adalah olah pikir. Berhubungan dengan hal tersebut maka ketika kita hendak
mempelajari filsafat harus ada koridor yang paling tinggi yang membawahi dan
mendasari diri, yaitu koridor spiritual. Karena dalam proses belajar filsafat,
kita akan mengembarakan pikiran kita, oleh karena itu hendaknya kita membuat
pagar spiritulitas kita masing sesuai agama yang dianut. Kita harus terlebih
dahulu menetapkan, mengkokohkan, dan menegakkan spiritualitas diri kita
masing-masing. Sehingga sebelum mempelajari filsafat, hendaknya kita berdoa
dengan sungguh-sungguh.
Dalam mempelajari filsafat, kita sembari mematangkan diri
dalam aspek psikologi, meliputi kesabaran, keuletan, daya juang, dan lain
sebagainya. Selain itu juga kita dapat mematangkan aspek psikologi belajar
orang dewasa. Hal yang paling menonjol dalam diri orang dewasa adalah berani
bertanggungjawab atas perbuatannya.
Bapak Marsigit juga menyampaikan bahwa berfilsafat adalah
membaca, tiadalah filsafat tanpa membaca. Barangsiapa enggan membaca, maka
janganlah belajar filsafat. Oleh karena itu, hendaklah kita membaca, dimulai
dari membaca tulisan, kemudian seiring jalannya waktu ketika kita sudah mahir
akan mampu membaca fenomena alam. Setelah membaca, maka kita perlu
merefleksikan. Karena menurut beliau, setinggi-tinggi berpikir adalah kegiatan
refleksi. Paradigma belajar yang dikembangkan beliau adalah anywhere, anytime
and continue. Sehingga kita bisa belajar dimanapun, kapanpun, secara
berkesinambungan.
Di akhir perkuliahan beliau menyampaikan secara umum hal-hal
yang perlu kita lakukan jika kita ingin sukses, diantaranya: (1) Perbarui niat,
(2) Sinkronkan tindakan dan kegiatan, (3) Tambahkan pengetahuan dan ilmu dengan
cara membaca, (4) Carilah ketrampilan untuk memperoleh pengalaman.
Demikian refleksi dari kuliah perdana mata kuliah Filsafat
Ilmu. Semoga pertemuan-pertemuan selanjutnya akan lebih banyak lagi pengetahuan
dan ilmu bermanfaat yang kita dapat, dan kemudian mampu diamalkan dalam
kehidupan di muka bumi ini. Aamiin
Good Reflection
BalasHapus